Masyarakat di Tengah Revolusi: Dampak Revolusi terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia


Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia, kondisi masyarakat sangat dipengaruhi oleh gejolak politik dan pertempuran yang terjadi di berbagai daerah. Salah satu sektor yang terkena dampak signifikan adalah pendidikan. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan menyebabkan banyak sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sekolah yang dijadikan markas tentara atau tempat menampung pengungsi. Di berbagai kota di Jawa Barat, situasi ini sangat terasa.

Di Bandung, sejak tanggal 24 Maret 1945, sekolah-sekolah ditutup karena penduduk mengungsi ke luar kota akibat peristiwa yang dikenal sebagai Bandung Lautan Api. Keadaan serupa juga terjadi di kota-kota lain di Jawa Barat, di mana penduduk terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan. Di beberapa daerah kantong gerilya, sekolah-sekolah darurat dibuka sebagai upaya untuk tetap menjalankan proses pendidikan di tengah kondisi yang serba sulit. Para guru di daerah ini sering kali juga merangkap sebagai pejuang, yang pada siang hari mengajar dan pada malam hari melakukan perlawanan gerilya. Namun, jika pertempuran terjadi di siang hari, kegiatan sekolah terpaksa diliburkan.

Pada masa itu, sistem pendidikan di Indonesia telah berubah dari sistem yang ada pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Pendidikan tidak lagi didasarkan pada sistem golongan, melainkan terbagi menjadi tiga tingkatan utama: pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

1. Pendidikan Rendah
Pendidikan terendah pada masa itu adalah Sekolah Rakyat (SR), yang setara dengan sekolah dasar. Lama pendidikan di SR adalah enam tahun, dan anak-anak yang dapat diterima di SR adalah mereka yang sudah berumur tujuh tahun. Setelah proklamasi, jumlah SR yang ada di seluruh Jawa Barat diperkirakan mencapai 9.471 sekolah.


2. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terbagi menjadi dua tingkat, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Lama pendidikan di setiap tingkat ini adalah tiga tahun.

a. SLTP Umum : Nama sekolah untuk tingkat SLTP umum adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).
b. SLTP Kejuruan : Dikelola oleh Kementerian Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (PP dan K). Jenis-jenis sekolah SLTP kejuruan yang ada pada saat itu meliputi Sekolah Kepandaian Putri (SKP), Sekolah Teknik Pertama, Sekolah Teknik (ST), dan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP).
c. SLTP Keguruan : Diselenggarakan untuk mencetak tenaga pendidik melalui Sekolah Guru C (SG-C) dan Sekolah Guru B (SG-B).

3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan tingkatan terakhir dalam sistem pendidikan Indonesia pada masa itu, di mana para lulusan SLTA dapat melanjutkan studi mereka di universitas atau perguruan tinggi lainnya yang ada di Indonesia.
Revolusi kemerdekaan tidak hanya berdampak pada sektor politik dan militer, tetapi juga mengguncang struktur sosial, termasuk pendidikan. Meski dalam situasi yang sulit, usaha untuk tetap menjalankan proses belajar mengajar tetap dilakukan, menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi masyarakat Indonesia dalam situasi apa pun. Dengan segala keterbatasan, pendidikan tetap menjadi salah satu fondasi penting dalam membangun bangsa yang merdeka dan berdaulat.

 

 

 

 

Sumber : "Sejarah Tatar Sunda Jilid II" (Nina H. Lubis, dkk)


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka