Monumen Perjuangan Tugu Atam, Jejak Pertempuran Pertama di Leuwigoong

Monumen Perjuangan Tugu Atam, Jejak Pertempuran Pertama di Leuwigoong

Sebagai daerah yang kental akan nilai sejarah, Garut memiliki banyak monumen bersejarah yang menjadi saksi bisu peristiwa masa lampau. Salah satunya adalah Monumen Perjuangan Leuwigoong atau Tugu Atam, yang terletak di Jl. Pasopati, Dungusiku, Leuwigoong, Kabupaten Garut.

Monumen ini berdiri pada tahun 1978 atas prakarsa pimpinan pemerintahan dan tokoh masyarakat Desa Leuwigoong. Tujuannya adalah untuk memperingati pertempuran pejuang Indonesia menghadapi pasukan Belanda ketika terjadi Agresi Militer Belanda yang pertama.

Monumen ini berbentuk tugu segi empat dengan peluru berukuran besar, sebagai salah satu senjata yang memiliki peran penting dalam keberhasilan tentara Indonesia mengugurkan serdadu Belanda.

Peristiwa Perjuangan

Menurut sejarahnya, Agresi Militer Belanda I terjadi pada tanggal 21 Juli 1947. Dalam peristiwa tersebut, serdadu Belanda menguasai hampir seluruh wilayah di Jawa Barat.

Serangan pasukan Belanda ke Garut berlangsung sejak tanggal 4 Agustus 194 7, oleh serdadu Belanda yang bergerak dari arah Bandung. Pada tanggal 10 Agustus, Belanda mulai memasuki wilayah-wilayah kecil di Garut dengan melakukan gerakan patroli melalui salah satu jalan di Leuwigoong yang menghubungkan antara Leles, Cibatu, dan Limbangan.

Kemudian pada akhir Agustus 194 7, pasukan-pasukan TNI dari Batalyon XXXI, Barisan Banteng Republik Indonesia (BBRI), Pasukan Kuda Putih, Hizbullah, dan lain-lain mulai menduduki wilayah Leuwigoong untuk saling berjaga. Mereka berencana untuk mencegat patroli serdadu Belanda di samping tiga jalan yang menghubungkan Leles, Garut, Cibatu, dan Limbangan, termasuk Leuwigoong. Perundingan mengenai strategi peyerangan tersebut berlangsung selama 3 hari.

Pada tanggal 3 September, pukul 12.00, para pejuang mulai menyerang tentara belanda dengan menggunakan senjata sederhana yang disebut Willis. Lalu, begitu konvoi truk tentara Belanda datang, pertempuranpun berlangsung, dua buah truk Belanda terjerambab ke selokan dan beberapa dari mereka gugur tertembak.

Melihat kenyataan tersebut, tentara Belanda kemudian meminta bantuan, sehingga datanglah serangan dari udara yang menewaskan Atam Sondara, prajurit dari pasukan Banteng. Ia gugur setelah berhasil mengerahkan pasukan dengan semangatnya di gara terdepan.

Sumber: Monumen Perjuangan Jawa Barat -respository.kemendikbud.go.id

Untuk mengenang perjuangannya, dibangunlah Tugu Atam. Pada bagian depan monumenpun terdapat prasasti yang  berbunyi: “Jiwa dan raga kubaktikan ke pangkuan Ibu Pertiwi. Teruskanlah kawan, teruskan. Atam gugur hari Selasa tgl. 2-9-1947. Pertempuran terjadi pada tgl. 3-9-1947 Batalion XXXI/Banteng. Resimen Tentara Perjuangan bersama rakyat melawan tentara Belanda.”

 

 

 

 


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.