Prof. Doddy Achdiat Tisna Amidjadja, Doktor Bidang Zoologi Pertama Indonesia Kelahiran Garut


Prof. Dr. rer. nat. Doddy Achdiat Tisna Amidjadja merupakan Doktor dalam bidang zoologi pertama di Indonesia kelahiran Garut, 15 Maret 1925. Doddy Achdiat merupakan putra dari pasangan Raden Benjamin Tisna Amidjadja dan Nyi Raden Dewi Saprah Djajanagara. Doddy mengenyam pendidikan dasar dan menengahnya di HIS Bandung.

Ketika ia akan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi saat itu keadaan Indonesia sedang tidak stabil karena perang memperjuangkan kemerdekaan sehingga ia melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi Kedokteran di Malang. Namun, Doddy hanya berkuliah di Malang selama satu tahun sampai tingkat I.

Pada tahun 1946 hingga 1948 Doddy bergabung dalam Tentara Pelajar. Doddy kembali melanjutkan pendidikan tingginya di jurusan Biologi FIPIA Universitet Indonesia Bandung pada tahun 1949. Pada tahun 1953 Doddy sudah berada di tahap kandidat Sarjana Muda. Namun, Profesor Belanda yang merupakan pembimbingnya meninggal karena kecelakaan sehingga Doddy harus melanjutkan studinya di Benua Eropa.

Doddy melanjutkan studinya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bonn, Jerman. Doddy mendapatkan gelar Diploma Biolofi pada tahun 1954 dan kemudian melanjutkan studinya hingga mendapat gelar Doctor Rerum Naturarum pada 8 November 1956 pada bidang zoologi. Melalui gelar ini menjadikan Doddy Achdiat sebagai Doktor bangsa Indonesia pertama dalam bidang zoologi.

Setelah pulang dari studinya di Jerman, Doddy kembali lagi ke kampusnya dan menjabat jadi Ketua Bagian Zoologi FIPIA UI, Bandung. Pada tahun 1959 - 1960 Doddy Achdiat diangkat sebagai Ketua Departemen Biologi ITB dan menjadi Guru Besar Zoologi di ITB pada tahun 1961. Pada tahun 1969 Prof. Doddy Achdiat diangkat menjadi Rektor ITB menggantikan Ir. Koentoadji.

Ketika ia menjabat sebagai Rektor ITB suasana kampus saat itu sedang bergejolak dimana Dewan Mahasiswa ITB mulai melakukan gerakan kritik sosial dan melayangkan aksi protes terhadap banyak hal seperti Peristiwa Tertembaknya Rene Louis Coenraad pada tahun 1970, Peristiwa 5 Agustus 1973 hingga Gerakan Anti Kebodohan. Sebagai seorang Rektor, Doddy dapat menjembatani kedua belah pihak, Doddy berhasil mengayomi mahasiswa dan bisa menjalankan kebijakan dengan semestinya.

Doddy menjadi Rektor ITB hingga tahun 1976 dan diangkat menjadi Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Saat menjadi Dirjen, ia berperan besar dalam mengembankan sistem pendidikan multistrata seperti jenjang pendidikan S-I hingga S-O, pendidikan teknik dan menciptakan sistem satuan kredit semester atau SKS. Pada tahun 1984 Doddy Achdiat diangkat menjadi Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

LIPI merupakan puncak dari lembaga pendidikan yang ada di Indonesia sehingga Doddy harus menghadapi tantangan besar untuk memgembangkan pendidikan di Indonesia. Selama ia menjabat jadi Ketua LIPI Doddy Achdiat menerbitkan 45 karya tulis hingga ia mendapatkan mendapatkan tanda kehormatan Officer de I'Ordre Nationale de la Legion d'Honneu yang merupakan tanda kehormatan tertinggi bagi orang asing dari Pemerintah Prancis pada tahun 1983.

Doddy juga mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra dari Presiden Soeharto pada tahun 1985 atas prestasinya yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada tahun 1989 Doddy diangkat menjadi Duta Besar RI Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Prancis. Doddy Achdiat menghembuskan napas terakhirnya pada 5 Mei 1993 di Jerman dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung. Nama Prof. Doddy Achdiat diabadikan sebagai nama Gedung Rektor ITB di Jalan Tamansari 64, Bandung. 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka