Raden Wangsa Muhammad, Pangeran Papak dari Desa Cinunuk


Pangeran Papak atau Sunan Papak adalah tokoh penyebar agama islam di Garut pada pertengahan abad ke 19. Pangeran papak yang memiliki nama Raden Wangsa Muhammad ini merupakan ahli agama islam yang tinggal di Kampung Cinunuk. Raden Wangsa Muhammad dari garis ayahnya yakni Muhammad Juari merupakan keturunan keluarga bangsawan yang berasal dari Balubur Limbangan. Berdasarkan silsilahnya ayah dari Pangeran Papak ini merupakan keturunan dari Prabu Laya Kusumah yang merupakan putra dari Prabu Siliwangi.

Pangeran Papak ini merupakan gelar yang diberikan kepada Raden Wangsa Muhammad, gelar papak yang diberikan kepada orang bijak yang tidak menilai manusia berdasarkan pangkat atau kedudukan yang dimilikinya, tidak membeda-bedakan orang berdasarkan hartanya dan hormat terhadap semua manusia. Papak dalam bahasa sunda berarti seimbang atau rata. Seimbang dan rata ini merujuk pada perilakunya yang bijak.

Raden Wangsa Muhammad lahir di Kampung Cinunuk pada abad ke 18, di masa kecilnya ia merupakan anak yang cerdas dan memiliki banyak teman karena ia tidak menciptakan dengan siapapun yang ia temui. Raden Wangsa Muhammad lahir dari keluarga pendakwah sehingga beliau mendalami agama islam sejak kecil.

Beranjak dewasa, Pangeran Papak berusaha untuk menyebarkan ajaran agama islam melalui dakwah. Pangeran Papak tidak hanya menyebarkan ajaran islam di Garut saja, wilayah syiarnya meliputi Winduraja Kawali, Karawang hingga Tangerang.

Selain pendakwah, Pangeran Papak juga merupakan seorang pejuang. Pangeran Papak bersama para pejuang Indonesia membantu melawan para penjajah. Atas jasanya dalam menyebarkan agama islam dan melawah penjajah Pangeran Papak dipanggil ke keraton Sunan Gunung Jati untuk diberi gelar bangsawan .

Namun, dengan kerendahan hati yang dimiliki oleh Pangeran Papak, Pangeran Papak menolak gelar tersebut. Penolakan gelar inilah yang kemudian dijadikan sebagai pelajar bagi para imam masjid, ahli agama dan guru ngaji di lingkungan Cinunuk yang dimana mereka tidak menyematkan julukan kyai atau ustaz karena mereka meneladani kerendahan hati Pangeran papak.

 

 

 

Sumber : Dikutip dari berbagai sumber


0 Komentar :

    Belum ada komentar.