Naskah Sewaka Darma Naskah yang Menceritakan Nilai dan Moral Masyarakat Sunda Kuno


[Illustration : wikiwand.com]

Situs Kabuyutan Ciburuy menjadi rumah dari berbagai macam naskah Sunda kuno, salah satunya adalah naskah sewaka darma. Naskah Sewaka Darma merupakan naskah Sunda kunon yang ditulis menggunakan bahasa dan aksara Sunda kuno, naskah ini ditulis diatas daun lontar menggunakan dengan alat tulis yang merupakan peso pengot. Berdasarkan bentuknya, naskah kuno ini termasuk ke dalam historiografi tradisional.

Berdasarkan terminologinya, Sewaka memiliki arti sebagai pengabdian. Maka Sewaka Darma dapat diartiakan sebagai pengabdian kepada Darma. Sekarang naskah kuno ini disimpan di Museum Nasional Jakarta, naskah ini memiliki 74 halaman, namun hanya 67 halaman yang memiliki tulisan. Naskah ini ditulis menggunakan aksara Sunda kuno periode akhir. Naskah SewakaDarma ini terdiri dari empat naskah pararel.

Namun hanya satu naskah pararel saja yang bersahil diterjemahkan oleh Danasasmita pada tahun 1987. Naskah pararel yang berhasil diterjemahkan ini terdiri dari tiga judul yakni Sewaka Darma, Sangyang Siksa Kandang Karesian dan Amanat Gunung Galunggung. Sedangkan untuk nasmah kedua merupakan bagian dari naskah CIburuy I, naskah ketiga dan keempat masih tersimpan di dalam peti koleksi Kabuyutan Ciburuy.

Berdasarkan media naskah kuno yang digunakannya yakni daun lontar yang ditulis menggunakan peso pegot menunjukkan bahwa naskah Sewaka Darma ini ditunjukkan untuk masyarakat umum yang bukan bagian dari Kabuyutan Ciburuy. Berdasarkan bahasa yang digunakan, naskah Sewaka Darma ini ditulis pada masa Hindu-Buddha yang menyebar di tanah Sunda pada abad ke 14.

Isi naskah ini dibuat ke dalam bentuk cerita dan larik seperti puisi. Naskah Sewaka Darma ini menceritakan tentang moksa yang menekankan pada penggunaan tekad, tenada dan ucapan yang sesuai dengan petunjuk darma serta menjelaskan ajaran kebijaksanaan yang dibagi ke dalam dua pilar besar. Pilar pertama mengisahkan Sewaka Darma sebagai tokoh utama yang merupakan seorang murid yang menerima banyak wejangan dari Pandita, Mahapandita, Dewataki sang Nugraha. Wejangan ini diberikan dengan tujuan agar Sewaka Darma dapat terhindar dari segala godaan kehidupan yang tidak sesuai dengan norma yang ada. Pilar kedua mengisahkan Sewaka Darma yang sedang belajar untuk memisahkan dan membedakan perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik.

Naskah ini memiliki nilai moral yang diajarkan kepada masyarakat pada masa itu, nilai moral ini menjelaskan bagaimana hidup manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, kehidupan manusia dalam mengejar kehidupan duniawi dnan mengejar kemajuan lahirian dan kepuasaan batiniah. Nilai moral yang terdapat di dalam naskah Sewaka Darma ini dijadikan sebagai pandangan hidup masyarakat Sunda yang di mana masyarakat Sunda ini harus religius, jujur, sederhana, berani, kreatif, sopan dan santun, bijaksana serta cinta terhadap tanah air.


Sumber : Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka