Resensi Numbuk di Sue, Novel yang Berlatarkan Garut I


Numbuk di Sue adalah novel ditulis oleh sastrawan Sumedang yakni Moh. Ambri yang berlatar tempatkan di Garut ini adalah novel berbahasa sunda yang diperuntukan untuk para remaja berumur 13 hingga 16 tahun. Meskipun merupakaan bacaan remaja novel ini juga banyak menarik perhatian orang dewasa sehingga tidak hanya remaja yang menikmati dan membaca novel karya Moh. Ambri ini, orang dewasa-pun menikmati novel ini.

Numbuk di Sue ini menceritakan kisah tiga orang anak yang berencana akan main ke pasisir kidul Garut atau Pantai Selatan Garut setelah lulus sekolah nanti. Ketiga anak ini bernama Emang, Momo dan Dace. Emang tinggal di Bandung, Momo tinggal di Leles dan Dace tinggal di Cisompet. Rencananya Emang akan menjemput dulu Momo di Leles kemudian Dace di Cisompet. Seperti judulnya novel ini mengisahkan bagaimana sang tokoh Emang yang selalu mengalami hal yang sue atau sial di sepanjang perjalanan.

Ketika Emang baru keluar dari rumahnya dan pergi untuk membeli sate Emang tidak membawa uang dan kembalilah Emang ke rumahnya untuk membawa uang sembari menahan malu karena ia belum membayar satenya. Sesampainya di stasiun Leles Emang meninggalkan bungkusannya di kereta api dan untungnya Emang masih bisa menemukan bungkusannya yang tertinggal di dalam. Sesampainya di rumah Momo ternyata Momo tidak sedang ada di rumah sehingga terpaksa Emang harus menunda keberangkatan ke Cisompet.

Emang menunggu Momo selama 3 hari di Leles, sebelum pergi ke Cisompet Emang dan Momo berkunjung ke rumah Dace yang ada di Garut Kota dan bertemu Marhim yang merupakan pembantu Dace. Akhirnya Emang, Momo dan Marhim pun melanjutkan perjalanan dari Garut Kota ke Cikajang dengan menggunakan delman. Mereka bertiga-pun bertemu dengan kesialan lagi, sesampainya di Cikajang Emang, Momo dan Marhim harus berjalan kaki ke Cisompet karena delman yang dijanjikan Dace untuk menjemput mereka di Cikajang sudah digunakan oleh rombongan bupati yang akan pergi berburu.

Sesampainya di Cisompet Emang dan teman-teman-pun ditimpa kesialan lagi karena Dace sedang tidak berada di rumahnya. Di rumah Dace tidak ada siapa-siapa, hanya ada seorang nenek yang ditemani oleh seorang opas kecamatan. Emang dan teman-temannya merasa kesal karena tidak bisa bertemu dengan Dace. Emang dan Momo memutuskan untuk pergi ke hutan dan bermain di tempat orang-orang yang sedang berburu badak. Kesialan tidak kunjung berhenti menimpa mereka, di hutan Emang hampir saja dipatuk oleh ular.




Sumber : M.Andri Yuriansah, Ekokritik Dalam Novel Sunda Numbuk di Sue Karya Moh. Abri dalam Jurnal JALADRI 2019


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka