Sasakala Situ Cihurip


[Illustration: Klipaa.com]

Situ Cihurip merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Cihurip. Menurut keterangan masyarakat sekitar Situ Cihurip ditemukan oleh Prabu Siliwangi dan pengikutnya ketika Prabu Siliwangi sedang melarikan diri dari kejaran anaknya yakni Raden Kiansantang. Prabu Siliwangi meninggalkan Kerajaan Pajajaran ketika Raden Kiansantang mengajaknya untuk memeluk agama islam.

Prabu Siliwangi pergi dan mencari daerah baru yang akan ia gunakan sebagai tempat persembunyiannya dan tetap hidup dengan keyakinannya sendiri. Prabu Siliwangi sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, sebelum ke wilayah selatan Prabu Siliwangi sempat bersembunyi di Godog. Setelah dari Godog Prabu Siliwangi beserta para pengikutnya tiba di sebuah hutan yang rimbun dan mereka memutuskan untuk bermukim di sana.

Kemudian Prabu Siliwangi memerintahkan salah satu prajuritnya untuk menebang pohon-pohon yang batangnya akan digunakan sebagai bahan baku membangun tempat pemukiman yang layak. Kemudian untuk menyambung kehidupan Prabu Siliwangi memerintahkan pengikutnya untuk menanam tumbuh-tumbuhan dan juga memelihara ikan di sebuah danau yang ada di dalam hutan tersebut.

Namun, Prabu Siliwangi berpesan untuk tidak memelihara ikan berwarna merah, ia berkatan “ ngan poma ulah melak lau beureum”. Larangan untuk memelihara ikan bewarna merah ini bertujuan untuk melindungi tempat ini dari anaknya agar Raden Kiansantang dan pasukannya tidak menemukan tempat persembunyiannya, Prabu Siliwangi bersama pasukannya tinggal cukup lama di hutan tersebut.

Prabu Siliwangi merasa bahwa ia sudah merasakan banyak manfaat dari hutan ini, namun ia harus terus bergerak agar tidak bisa ditemukan oleh anaknya sehingga Prabu Siliwangi harus pergi dari hutan ini dan mencari tempat lain untuk bersembunyi. Sebelum pergi dari hutan ini , Prabu Siliwangi memberi nama danau tempat ia memelihara ikan. Danau itu disebut sebagai dengan Situ Cihurip.

Prabu Siliwangi mengatakan bahwa danau tersebut telah memberikan kehidupan dan merupakan sumber kehidupan selama ia dan pasukannya bermukim disini. Prabu Siliwangi berkata “ lantaran geus mere mangfaat ni gede pikeun hirup jeung hurip salila nyamuni didieu”. Setelah itu Prabu Siliwangi kembali melanjutkan perjalanannya namun beberapa pengikutnya memutuskan untuk tetap tinggal di hutan tersebut.

Para pengikut Prabu Siliwangi yang memilih tinggal di hutan tersebut adalah para jawara dari Kerajaan Pajajaran seperti Aki Madrasik yang merupakan Jawara Kerajaan, Aki Ilyasik sebagai Penasehat Kerajaan, Aki Madtahir seorang ahli hitung . Para pengikut Prabu Siliwangi yang memutuskan untuk melanjutkan kehidupannya di hutan tersebut merupakan nenek moyang para penduduk masyarakat Cihurip.

 

 

 

Sumber : Farizal Hami dan Samsudin, Sejarah Perkembangan Garut dalam Jurnal Peradaban Islam Vol.18 No. 1 , 2021


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka