Beranda Serangan Double Tap Israel di RS Nasser Turut Tewaskan Jurnalis dan Tenaga Medis, Dunia Kecam Keras!
ADVERTISEMENT

Serangan Double Tap Israel di RS Nasser Turut Tewaskan Jurnalis dan Tenaga Medis, Dunia Kecam Keras!

15 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Serangan Double Tap Israel di RS Nasser Turut Tewaskan Jurnalis dan Tenaga Medis, Dunia Kecam Keras!

Sedikitnya 21 warga Palestina, termasuk lima jurnalis dan beberapa tenaga medis, tewas dalam serangan udara Israel di Rumah Sakit Nasser, Gaza selatan, Senin lalu. 

Di tengah buruknya krisis kemanusiaan di Gaza, fasilitas medis mendapatkan serangan yang dilakukan Israel, sehingga menewaskan sejumlah tenaga medis dan jurnalis yang sedang bertugas di lokasi tersebut.

Menurut laporan setempat, serangan ini menggunakan metode double-tap,  yaitu dua serangan beruntun yang diluncurkan dalam waktu singkat. Serangan pertama menghantam lantai atas gedung rumah sakit. Ketika para jurnalis dan petugas penyelamat mencoba memberikan bantuan, serangan kedua terjadi, menewaskan mereka di tempat.

Terdapat lima korban jurnalis yang tewas pada serangan baru-baru ini, di antaranya, Abu Aziz, Hussam al-Masri, Mohammad Salama, Mariam Abu Daqqa, dan Moaz Abu Taha. Mereka merupakan jurnalis dari media Reuters, Associated Press (AP) dan Al Jazeera yang tewas saat bertugas di sekitar lokasi serangan. Situasi di lokasi digambarkan sebagai penuh kepanikan dan kekacauan, bahkan bagi pasien yang tengah dirawat.

Serangan ini langsung menuai kecaman internasional, terutama dari organisasi jurnalis dan kelompok hak asasi manusia. Al Jazeera mengecam aksi ini sebagai upaya nyata untuk mengubur kebenaran. Sementara itu, Pelapor Khusus PBB untuk wilayah Palestina, Francesca Albanese, menyerukan aksi nyata dari negara-negara dunia untuk menghentikan kekejaman yang terus berlangsung.

Baca Juga: Warisan Mandela: Dari Pelukan Arafat hingga Perjuangan Hukum Afrika Selatan untuk Palestina

"Para penyelamat tewas saat menjalankan tugas. Pemandangan seperti ini terjadi setiap saat di Gaza, sering kali tanpa disorot dan tidak terdokumentasi," ujar Albanese. Ia berharap agar Israel mendapatkan sanksi internasional dan dibatasi dalam penggunaan senjata mereka. Harapannya agar bisa mengakhiri blokade yang masih berlangsung ini.

Israel mengungkapkan bahwa serangan serangan itu terjadi karena adanya suatu kesalahan dalam teknis, sehingga masih dalam tahap investigasi. Alasan itu sudah berulang kali disampaikan, belum ada kejelasan sampai saat ini. 

Pada hari yang sama, seorang jurnalis Palestina lainnya, Hassan Douhan, juga tewas dalam serangan terpisah di Khan Younis. Ini menambah jumlah jurnalis yang tewas pada hari itu menjadi enam orang. Terdapat 273 jurnalis Palestina yang sudah dinyatakan tewas, terhitung dari 7 Oktober 2023 lalu. 

Upaya yang dilakukan Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dengan meminta komunitas internasional agar dapat meminta Israel untuk bertanggung jawab atas perbuatannya itu yang sudah berani menyerang pihak media. Sementara itu, Sindikat Jurnalis Palestina menyebut aksi ini sebagai perang terbuka terhadap kebebasan pers.

Baca Juga: Serangan Ganda Israel di Rumah Sakit Nasser Kembali Memakan Korban, Termasuk Wartawan dan Tim Medis

Krisis Kemanusiaan yang Memburuk

Kelaparan yang menimpa warga Palestina, terkhusus di daerah Gaza terjadi secara terus-menerus. Serangan demi serangan terus berlanjut sejak Senin, 25 Agustus, hingga menewaskan sebanyak 61 orang uang 7 diantaranya tengah mencari bantuan makanan.

Pasukan Israel hingga saat ini masih melakukan serangan ke beberapa wilayah yang ramai akan masyarakat, seperti di Kota Gaza. Hal tersebut mungkin saja bertujuan untuk memancing agar masyarakat sekitar kota tersebut bisa berbondong-bondong meninggalkan tempat asalnya ke daerah Selatan, sehingga Israel bisa memperluas wilayah kekuasaannya. 

Badan Pertahanan Sipil Gaza menyebutkan lebih dari 1.000 bangunan di Kota Gaza telah hancur sejak awal Agustus, dengan banyak warga masih terjebak di bawah reruntuhan.

Serangan juga terjadi terhadap warga sipil yang mencoba mengakses bantuan makanan. Hal itu menyebabkan terjadi luka yang dialami oleh 15 orang dan bahkan ada juga yang sampai meninggal dunia. Saat ini, mereka sedang mendapatkan perawatan di RS al-Awda.

Baca Juga: Serangan Israel Kian Mengerikan di Tengah Harapan Gencatan Senjata, Hampir 19.000 Anak Gaza Tewas

Data Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 2.000 orang tewas dan sekitar 13.500 lainnya terluka saat berusaha mendapatkan bantuan.

PBB memperingatkan bahwa kelaparan dan kekurangan gizi, terutama di kalangan anak-anak, semakin memburuk. Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA) menyerukan agar bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan.

“Kondisi kelaparan sudah dikonfirmasi di wilayah Gaza. Anak-anak menjadi kelompok yang paling cepat terdampak,” kata OCHA dalam pernyataannya.

Chris McIntosh dari Oxfam menggambarkan krisis ini sebagai yang paling parah yang pernah ia tangani sepanjang kariernya.

Mantan Presiden AS, Donald Trump selalu mengungkapkan omong kosong, di mana serangan itu akan segera berakhir, namun ucapannya itu tidak pernah terbukti. Adanya dukungan militer dan dukungan diplomatik yang didapatkan Israel dari AS, sehingga janji pemberhentian serangan itu tidak pernah terwujud.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.