Terebang Sejak: Kesenian Karuhun Bernapaskan Islami, dari Kampung Adat Dukuh


Sebagai daerah yang kaya akan sejarah keislaman, sejak dulu warisan budaya Garut tidak pernah lepas dari nilai-nilai kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya. Seperti Terebang Sejak, kesenian karuhun khas Kampung Adat Dukuh, Kecamatan Cikelet, Garut, sebagai hasil akulturasi budaya tradisional dengan agama Islam.

Terebang Sejak, merupakan kesenian khas Sunda dengan media musik Rebana dan lantunan puji-pujian kepada Allah SWT. Selain puji-pujian, kesenian ini juga dilengkapi dengan atraksi debus yang diyakini sebagai ritual fisik dan rohani.

Sejarah Awal Mula

Menurut sejarahnya, kesenian ini berkembang di Jawa Barat pada pertengahan abad ke-15, seiring dengan masuknya pengaruh agama Islam. Pada awalnya, kesenian ini digunakan sebagai media dakwah Islam di Cirebon oleh Sunan Gunung Jati melalui lantunan shalawat.

Istilah Terebang sendiri, berasal dari kata "terbang" atau ngapung (dalam bahasa sunda) yang dikonotasikan sebagai perjalanan spiritual menuju Sang Pencipta. Kemudian ada pula yang menyebut seni terebang ini mengacu pada nama instrumen pokok yang digunakan dalam kesenian tersebut, yakni: terebang (perkusi). Di beberapa daerah disekitar Jawa Barat, Terebang Sejak dikenal dengan beragam sebutan, seperti Terbang Gede, Terbang Gebes, Terbang Ageung, dll.

Prosesi Terebang Sejak

Dalam praktiknya, kesenian ini diawali dengan alunan puji-pujian Bahasa Arab dan Bahasa Sunda dengan iringan musik Rebana. Kemudian salah seorang sesepuh bergerak menari mengelilingi area pertunjukan, lalu berhenti mengambil buah kelapa dan bambu yang telah disediakan. Kelapa dan bambu tersebut kemudian digetarkan menggunakan tangan dengan tujuan untuk melepaskan energi.

Selama pelantunan puji-pujian, seorang sesepuh tersebut menancapkan golok pada kelapa tadi sambil tetap menari dan berkeliling. Atraksi Debus dimulai, golok tersebut kemudian digesekan ke kaki, tangan, perut, dan wajah. Masyarakat meyakini atraksi ini sebagai izin Allah, karenanya tidak sedikitpun dari mereka terluka saat mengenai benda tajam tersebut. Setelah selesai, para sesepuh melantunkan doa dan ayat suci sebagai penutup.

Selain keagamaan, masyarakat adat Kampung Dukuh juga menjadikan Terebang Sejak sebagai kesenian untuk mengekspresikan nilai-nilai emosional masyarakat pada berbagai kegiatan sosial, seperti: penyambutan tamu khusus, peringatan hari besar nasional, syukuran pernikahan, kampanye partai politik, festival seni budaya dan kegiatan sosial lainnya.

 

 

 

  • -

0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka