Ubrug, Teater Tradisional Masyakat Sunda dengan Balutan Komedi dan Alunan Waditra


Sebagai salah satu karya seni, teater berfungsi sebagai sarana hiburan yang menampilkan berbagai peristiwa yang dikisahkan. Begitu juga dengan Ubrug, teater komedi tradisional khas masyarakat Sunda yang merupakan perpaduan antara unsur gerak, musik, dan sastra. 

Secara istilah, kata "Ubrug" berasal dari Bahasa Sunda yang berarti bangunan darurat, tempat bekerja sementara. Sedangkan menurut beberapa pandangan masyarakat, "Ubrug" berasal dari istilah  "saubrug-ubrug" yang artinya bercampur baur.

Dalam pelaksanaannya, dahulu teater tradisional ini bisa dipentaskan masyarakat Sunda untuk hari-hari besar seperti hajatan, acara persembahan. Semua pemain, baik laki-laki maupun perempuan, tua dan muda, beserta para penonton berkumpul sama-sama menempati satu tempat pertunjukan.

Mula-mula, pertunjukan ini diawali dengan tabuhan gamelan yang dibuat semarak. Kemudian disambung dengan lalaguan Sunda yang diiringi oleh waditra berupa kendang indung (gendang besar), dua buah kulanter (gendang kecil), dua buah saron, gambang, rebab, goong, dan kecrek.

Setelah lalaguan, acara selanjutnya adalah lawakan atau lakon cerita yang disuguhkan kepada penonton. Terakhir, acara ditutup dengan Soder atau ronggeng yang menampilkan goyangan pinggul.

Adapun busana yang dikenakan dalam pementasan Ubrug, disesuaikan dengan peran yang dibawakan dan lawakan yang ditampilkan. Kecuali Juru Nandung yang mengenakan pakaian tari lengkap dengan kipas untuk digunakan pada waktu nandung. 

Di akhir tahun 1995, kejayaan Ubrug sudah hampir punah dihantam waktu. Ubrug yang dulu sering ditampilkan di acara-acara besar, kian tergantikan oleh drama panggung atau tayangan digital yang kini semakin menyeruak di kehidupan masyarakat.  



0 Komentar :

    Belum ada komentar.