Upacara Sawer Panganten: Tradisi Memikat dalam Pernikahan Adat Sunda


[Illustration : goodnewsfromindonesia.com]

Upacara sawer panganten adalah salah satu tradisi yang tak terlupakan dalam pernikahan adat Sunda. Dalam budaya Sunda, pernikahan tidak hanya merupakan ikatan antara dua individu, tetapi juga antara dua keluarga. Upacara ini menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan antara mempelai dan keluarga mereka.

Kata "nyawer" berasal dari kata "awer", yang berarti seember air yang dapat diuwar-awur (diciprat-cipratkan atau ditebar-tebarkan). Pendapat lain menyebutkan, ditulis dalam buku Bagbagan Puisi Sawer Sunda, bahwa istilah "nyaweran" berasal dari kata "penyaweran", yang berarti tempat yang sering terkena air hujan yang jatuh dari genteng. Dengan demikian, tempat yang dimaksud untuk melakukan nyawer adalah di halaman rumah, dan benda-benda sawerannya adalah cipratan air.

Tradisi ini melibatkan pemberian benda yang ditebarkan oleh mempelai kepada tamu undangan. Kunyit, beras putih, berbagai bunga rampai, sirih, permen, uang logam, dan beras kuning yang sudah direndam dalam air kunyit adalah bahan-bahan istimewa yang biasanya dibagikan selama acara nyawer.

 

Ketika pasangan pengantin duduk berdampingan sambil menunggu tamu, anak-anak, bahkan orang dewasa, langsung berkumpul di depan pasangan pengantin untuk mengikuti dan memungut uang logam dan kertas, yang disawerkan oleh kedua orang tua dan sanak saudara mempelai dan dipandu oleh juru sawer.

 

Meskipun zaman terus berubah, tradisi sawer panganten tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam pernikahan adat Sunda. Nilai-nilai tradisional ini tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Sunda, bahkan sering kali menjadi daya tarik tersendiri bagi pasangan yang ingin mengadakan pernikahan dengan nuansa tradisional.***

 

Sumber: Kurniawan, O. (2019)

 

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka