Pemimpin Ideal: Kiprah dan Nilai Kepemimpinan dalam Tradisi Sunda
Dalam tradisi Sunda, konsep kepemimpinan tidak hanya berfokus pada kekuasaan, tetapi juga pada nilai-nilai luhur yang menekankan kesejahteraan bersama, keadilan, dan keharmonisan.
Pemimpin Sunda diwarnai oleh nilai-nilai kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun, yang menekankan pentingnya harmoni, keadilan, dan kepedulian dalam setiap aspek kepemimpinan.
Melalui tradisi Sunda, kita dapat memetik pelajaran berharga tentang bagaimana seorang pemimpin sejati seharusnya bersikap dan bertindak demi kesejahteraan bersama.
Pemimpin ideal dalam pandangan Sunda adalah sosok yang mampu menjadi teladan bagi masyarakatnya, menjaga keseimbangan antara duniawi dan spiritual, serta senantiasa mengedepankan kepentingan rakyat.
Baca Juga: Inilah Sosok Muslim Pertama di Tanah Sunda
Tiga Pilar Kepemimpinan Sunda
Dalam naskah-naskah Sunda kuno seperti Carita Parahyangan dan Sanghyang Siksa Kanda ng Karesian, terdapat konsep "Tri Tangtu di Buana" yang menggambarkan tiga pilar kepemimpinan ideal, antara lain:
1. Sang Prebu (Raja), memiliki tugas utama dalam pemerintahan dan menjaga kewibawaan sebagai seorang pemimpin serta martabat kerjaan atau kedudukan.
2. Sang Rama (Pemimpin Masyarakat), yang berperan sebagai pembimbing kehidupan masyarakat dan menjaga keharmonisan dalam komunitas.
3. Sang Resi (Kaun Agamawan), konsep ini seorang pemimpin harus memberikan contoh dalam kehidupan spiritual dan menjaga kesejahteraan alam serta hubungan manusia dengan Sang Hyang.
Adanya ketiga pilar itu yang tentunya saling melengkapi dan harus bekerja secara sinergis untuk menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Baca Juga: Jejak Oejeng Suwargana: Sastrawan Sunda dengan Nama Pena Tionghoa
Nilai-Nilai Kepemimpinan Sunda
Kepemimpinan dalam tradisi Sunda juga dipandu oleh nilai-nilai seperti Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh, yang mengajarkan pentingnya saling menyayangi, saling mengasah kemampuan, dan saling mengasuh dalam kehidupan bersama.
Selain itu, terdapat prinsip Dasa Pasanta, yang mencakup sifat-sifat seperti bijaksana (guna), ramah (rama), peduli (ho-ok), dan mampu memberi serta menerima kritik (ngulas).
Pemimpin yang ideal harus mampu menghindari sifat-sifat negatif seperti babarian (mudah tersinggung), pundungan (mudah merajuk), humandeuar (berkeluh kesah), dan kukulutus (menggerutu), yang dapat merusak keharmonisan dalam kepemimpinan.
Ketiga pilar dan nilai-nilai di atas tentunya berlaku juga untuk para pemimpin dalam era modern seperti saat ini juga yang harus tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional yang dituntut juga untuk lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Pemimpin ideal dalam tradisi Sunda juga mesti menjadi sosok yang mampu menjaga keseimbangan antara kekuasaan dan kebijaksanaan, antara duniawi dan spiritual, serta antara kepentingan pribadi dan kepentingan rakyat.
Dengan menanamkan nilai-nilai luhur dalam setiap aspek kepemimpinannya, pemimpin Sunda diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang harmonis, adil, dan sejahtera.
Dalam konteks ini, konsep kepemimpinan Sunda dapat menjadi inspirasi bagi pemimpin masa kini untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan penuh integritas dan dedikasi terhadap kesejahteraan bersama.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.