ADVERTISEMENT
Beranda Viral di Media Sosial, Kematian Siswa SMA di Garut Diduga Akibat Perundungan

Viral di Media Sosial, Kematian Siswa SMA di Garut Diduga Akibat Perundungan

1 hari yang lalu - waktu baca 2 menit
Viral di Media Sosial, Kematian Siswa SMA di Garut Diduga Akibat Perundungan (Ilustrasi: Freepik)

Jagat media sosial dihebohkan dengan kabar kematian seorang siswa SMA di Kabupaten Garut yang diduga menjadi korban perundungan. Korban berinisial P, pelajar kelas X SMAN 6 Garut, ditemukan tewas secara tidak wajar di lantai dua rumahnya, memicu gelombang simpati dan keprihatinan dari berbagai kalangan.

Kasatreskrim Polres Garut AKP Joko Prihatin mengonfirmasi bahwa tim Inafis telah diterjunkan untuk menyelidiki peristiwa ini. “Kami telah menindaklanjuti kasus tersebut dan kini masih dalam proses penyelidikan,” ujar Joko kepada wartawan pada Selasa, 15 Juli 2025.

Dugaan bahwa korban menjadi sasaran perundungan mencuat setelah sang ibunda mengunggah cerita pilu di media sosial. Dalam unggahan tersebut, ia menyebut anaknya sempat dituduh menjadi pelapor siswa lain yang kedapatan merokok elektrik di lingkungan sekolah. Akibat tuduhan itu, P dikabarkan mendapat ancaman pengeroyokan dari rekan sekelasnya, namun sempat berhasil melarikan diri dari situasi tersebut.

Baca Juga: Kata Kepala BGN, Makan Bergizi Gratis adalah Investasi Terbesar untuk SDM Indonesia Emas 2045

Peristiwa tragis ini juga menarik perhatian Wakil Bupati Garut, dr. Putri Karlina. Ia menyatakan keprihatinannya dan meminta Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) untuk turut melakukan pendampingan dalam kasus ini. “Saya terus terang agak terkejut, karena kami baru berencana melakukan pendampingan pada 17 Juli, namun anak tersebut sudah meninggal dunia lebih dulu,” ungkap Putri.

Namun, pihak sekolah memberikan penjelasan berbeda. Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya praktik perundungan di sekolah tersebut. Ia menyebutkan bahwa permasalahan bermula dari keputusan akademik terhadap korban yang dinyatakan tidak naik kelas akibat tujuh mata pelajaran yang tidak tuntas.

“Sebelum rapat pleno kenaikan kelas, orang tua korban telah dipanggil oleh guru BK dan wali kelas untuk membicarakan hal ini. Mereka sudah menerima keputusan tersebut,” jelas Dadang.

Hingga kini, penyebab pasti kematian P masih menjadi tanda tanya. Pihak kepolisian terus mendalami kasus ini untuk memastikan apakah ada unsur kekerasan atau faktor lain di balik tragedi tersebut.

Masyarakat menanti kejelasan dan keadilan atas peristiwa ini, seraya menyerukan pentingnya pencegahan perundungan dan peningkatan sistem pendampingan psikologis bagi pelajar di sekolah.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.