- Oleh Salma Nasya Ardhita
- 23, Jul 2024
Kata-kata sindiran biasanya digunakan untuk mengingatkan seseorang pada kesalahannya dengan cara yang tidak langsung. Ini dilakukan untuk menghindari kerusakan emosional. Orang yang peka sudah sadar ketika mereka disindir sedikit.
Namun, orang-orang yang tidak tahu malu kadang-kadang memerlukan sindiran kasar atau frontal. Tetap berhati-hati saat mengatakan jangan sampai menyakiti orang lain. Ini dia beberapa contoh sindiran bahasa Sunda yang kerap dilontarkan untuk mengkritik seseorang:
Ngomong songong, kalakuan polontong, ari ditanya bengong
Artinya, "Bicara kasar dan asal bunyi, kelakuan belagu, tapi ketika ditanya tidak tahu." Sndiran untuk orang yang bicara kasar, sok tahu, dan melakukan banyak hal yang membuat mereka merasa paling berani, tetapi sebenarnya tidak memiliki wawasan yang cukup. Bukan kurangnya pengetahuannya yang disindir, tetapi sikap dan percakapannya yang buruk.
Artinya "Sedang butuh datang, tidak butuh menyebalkan" adalah sindiran basa Sunda untuk menyindir teman yang suka datang atau dekat saat ada maunya saja. Dia menjengkelkan jika dia tidak butuh.
"Rambut meniru orang Belanda tapi makan dengan kepala asin peda" berarti gaya rambut pirang-pirangin meniru gaya orang asing, tetapi tidak memenuhi kebutuhan ekonominya. Perilakunya yang tidak tahu diri dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi adalah yang menyindir.
Artinya, "gimana kalau rumahnya sebesar keraton, walaupun sebesar biji mangga pun sombongnya minta ampun." Kata-kata ini digunakan untuk menyindir mereka yang suka menyombongkan rumah mereka. Digunakan gaya bahasa rarahulan, seperti "sagedé pelok" untuk menggambarkan bahwa rumahnya kecil dan "gedé hulu", yang berarti sombong. Ini pasti tidak dimaksudkan untuk menghina ukuran rumah seseorang, tetapi untuk menyindir kelakuannya yang sombong.
Sumber: sundapedia.com
Belum ada komentar.