7 Sisindiran Pedas Sunda Untuk Mengkritik Perilaku Buruk Seseorang


Kata-kata sindiran biasanya digunakan untuk mengingatkan seseorang pada kesalahannya dengan cara yang tidak langsung. Ini dilakukan untuk menghindari kerusakan emosional. Orang yang peka sudah sadar ketika mereka disindir sedikit. 

 

Namun, orang-orang yang tidak tahu malu kadang-kadang memerlukan sindiran kasar atau frontal. Tetap berhati-hati saat mengatakan jangan sampai menyakiti orang lain. Ini dia beberapa contoh sindiran bahasa Sunda yang kerap dilontarkan untuk mengkritik seseorang: 

 

  1. Ngomong songong, kalakuan polontong, ari ditanya bengong 

Artinya, "Bicara kasar dan asal bunyi, kelakuan belagu, tapi ketika ditanya tidak tahu." Sndiran untuk orang yang bicara kasar, sok tahu, dan melakukan banyak hal yang membuat mereka merasa paling berani, tetapi sebenarnya tidak memiliki wawasan yang cukup. Bukan kurangnya pengetahuannya yang disindir, tetapi sikap dan percakapannya yang buruk.

 

  1. Bobogohan wéh diheulakeun ari jajan ménta ti kedot

"Pacaran didahulukan, tapi jajan masih minta ke orang tua," itulah artinya. Sindiran untuk remaja, anak sekolah, atau orang dewasa muda yang pacaran tetapi tidak mendapatkan uang. Sampai sekarang dia masih meminta uang jajan ke orang tua. Kata "kedot" berasal dari kata Sunda yang kasar dari kata "kolot" (loma), dan "sepuh" (lemes).

  1. Keur butuh ngurunyung teu butuh nurus tunjung

Artinya "Sedang butuh datang, tidak butuh menyebalkan" adalah sindiran basa Sunda untuk menyindir teman yang suka datang atau dekat saat ada maunya saja. Dia menjengkelkan jika dia tidak butuh.

  1. Buuk nurutan urang Walanda ari dahar jeung hulu peda

"Rambut meniru orang Belanda tapi makan dengan kepala asin peda" berarti gaya rambut pirang-pirangin meniru gaya orang asing, tetapi tidak memenuhi kebutuhan ekonominya. Perilakunya yang tidak tahu diri dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi adalah yang menyindir.

  1. Komo lamun imah kawas karaton, cacakan sagedé pelok ogé mani gedé hulu alabatan ti naon

Artinya, "gimana kalau rumahnya sebesar keraton, walaupun sebesar biji mangga pun sombongnya minta ampun." Kata-kata ini digunakan untuk menyindir mereka yang suka menyombongkan rumah mereka. Digunakan gaya bahasa rarahulan, seperti "sagedé pelok" untuk menggambarkan bahwa rumahnya kecil dan "gedé hulu", yang berarti sombong. Ini pasti tidak dimaksudkan untuk menghina ukuran rumah seseorang, tetapi untuk menyindir kelakuannya yang sombong.

  1. Teu ngukur ka kujur teu nimbang kana awak 

Kata-kata sindiran Sunda ini berarti tidak tahu diri, tidak tahu malu, dan tidak tahu seberapa baik dia bisa melakukan sesuatu.

  1. Pangala sapedaeun pengeluaran sakudaeun

 

"Penghasilan hanya cukup untuk membeli ikan asin tapi pengeluaran seharga kuda" adalah kata-kata Sunda yang mengacu pada mereka yang memiliki gaya hidup yang mewah meskipun memiliki penghasilan yang sedikit.

 

Sumber: sundapedia.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Salma Nasya Ardhita
  • 24, Jul 2024
Inilah 5 Fakta Unik Suku Sunda, Yuk Simak !