Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel: Mengupasnya dari Perspektif Sosiologi dan Branding


 

Screenshot 2024-08-29 at 14.47.17.jpg

 

“Efek penurunan penjualan sangat jelas, karena di Indonesia konsumen sangat banyak”, kata Algooth Putranto, praktisi branding.

Survei GoodStats menangkap bahwa produk makanan dan minuman jadi jenis produk yang paling banyak diboikot oleh masyarakat Indonesia, yang diboikot oleh 81.5% responden, 33.3% responden memboikot produk pakaian dan aksesoris, dan 31.7% responde memboikot produk kecantikan.

Adanya fenomena boikot ini, Algooth mengonfirmasi bahwa sejumlah brand yang bergerak di lini bisnis tersebut mengalami kontraksi laba, bahkan ada yang berimbas pada kemunduran jajaran direksinya.

Gerakan boikot ini tentunya menimbulkan pro-kontra lantaran ditengarai ada beberapa brand “korban” salah sasaran dalam aksi boikot. Bahkan MUI mengeluarkan Prioritas Penggunaan Produk Dalam Negeri sebagai aksi solidaritas. MUI juga memberikan kriteria bagi masyarakat muslim dalam menentukan produk mana yang dikategorikan terafiliasi Israel.

Menurut Algooth, isu boikot ini memang masih kajian para praktisi branding karena fenomenanya yang cenderung dinamis, “Sangat dinamis, praktisi branding masih di fase trial & error, perusahaan ada yang berhasil ada yang gagal,” ujarnya.

GoodStats menyelenggarakan sesi diskusi terbuka bertajuk “Mengupas Sikap Masyarakat terhadap Boikot Produk Terafiliasi Israel” secara daring melalui platform Zoom Meeting pada Jumat (23/8/2024).

Sesi diskusi ini merupakan tindak lanjut dari perilisan hasil survei GoodStats: “Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Aksi Boikot Produk Terafiliasi Israel” yang dilaksanakan pada Juli 2024.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Infogarut
  • 10, Sep 2024
Jabarsel Masa depan Jabar
  • Oleh zahra nisrina shaumi
  • 12, Sep 2024
Perkiraan Cuaca di Garut pada 12 September 2024