Arti Mudik Bukan Sekadar Pulang Kampung, Ada Maknanya Loh?
Arti mudik tidak sekadar pulang kampung, istilah ini memiliki makna dan asal-usul yang berkaitan dengan budaya serta kebiasaan masyarakat di Indonesia.
Istilah mudik sering kali terdengar setiap libur panjang tiba, terutama saat momen hari raya. Arti mudik kerap diartikan sebagai pulang kampung, padahal kata ini memiliki sejarah bahasa serta makna budaya yang lebih mendalam bagi masyarakat di Indonesia.
Baca juga: Libur Sekolah Nataru 2025 Di Garut, Masuk Lagi 12 Januari 2026
Arti dan Kepanjangan Mudik
Mudik ternyata bukan semata-mata istilah populer, melainkan memiliki kepanjangan dari bahasa Jawa, yakni mulih dilik yang berarti pulang sebentar. Penjelasan tersebut dikutip dari situs Indonesia Baik milik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang mengupas asal-usul istilah mudik.
Selain itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan arti mudik sebagai aktivitas pergi ke udik atau pedalaman, serta kembali ke kampung halaman. Secara etimologis, istilah ini juga berhubungan dengan kata udik dalam bahasa Melayu yang berarti hulu sungai, sebagaimana dari penjelasan Universitas Gadjah Mada (UGM).
Sejarah dan Makna Tradisi Mudik
Tradisi mudik mulai menguat seiring meningkatnya arus urbanisasi pada tahun 1960-an hingga 1970-an. Fenomena tersebut diambil dari penjelasan Antropolog UGM Prof Heddy Shri Ahimsa-Putra, yang menyebutkan bahwa mudik hadir saat perantau kembali ke kampung setelah bekerja di kota.
Menurut Kementerian Perhubungan, tradisi mudik membesar jadi fenomena nasional sejak tahun 1970-an. Penilaian ini diperkuat oleh Guru Besar Universitas Airlangga Prof Purnawan Basundoro, sebagaimana dilansir dari Dinas Kominfo Provinsi Jawa Timur, yang mengaitkannya dengan perpindahan penduduk pascakemerdekaan.
Baca juga: 1 Januari 2026 Apakah Hari Libur? Ini Info Resmi menurut SKB 3 Menteri
Jadi Warginet, arti mudik ternyata memiliki kepanjangan, sejarah, hingga nilai budaya yang kuat dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Tradisi tersebut bukan sekadar pulang kampung, melainkan menjadi cerminan perjalanan sosial yang terus hidup dan diwariskan turun-temurun.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.