Beranda Fakta-fakta Demonstrasi Sejak 25 Agustus: Dari Aksi Protes DPR Hingga Kerusuhan dan Penjarahan
ADVERTISEMENT

Fakta-fakta Demonstrasi Sejak 25 Agustus: Dari Aksi Protes DPR Hingga Kerusuhan dan Penjarahan

20 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Kronologi Demonstrasi: Dari Aksi Protes DPR Hingga Kerusuhan dan Penjarahan (Ilustrasi: AI)

Gelombang aksi protes kembali mengguncang sejumlah kota besar di Indonesia sejak Senin, 25 Agustus 2025.

Awalnya, demonstrasi ini digelar untuk menyuarakan penolakan terhadap besarnya tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Namun, dalam beberapa hari, situasi berubah drastis hingga memicu bentrokan, kerusuhan, bahkan penjarahan di berbagai daerah.

Baca Juga: Kronologi Demonstrasi: Dari Aksi Protes DPR Hingga Kerusuhan dan Penjarahan

Awal Seruan Aksi

Pemicu demonstrasi bermula dari pesan berantai yang beredar melalui WhatsApp dan media sosial. Ajakan itu dikaitkan dengan kelompok bernama Revolusi Rakyat Indonesia yang sudah menyebar seruan hampir sepekan sebelumnya.

Mereka mendorong masyarakat luas, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga petani, untuk turun ke jalan menuntut pengusutan kasus dugaan korupsi serta pembubaran DPR.

Melansir laman Tempo, pesan bernada desakan itu berbunyi, “Mari tekan DPR agar kembali menjalankan fungsi pengawasan terhadap pemerintah.” Ajakan tersebut terbukti mendapat respons besar.

Pada hari pelaksanaan, ratusan orang berkumpul di sekitar Gedung MPR/DPR/DPD. Demonstrasi berlangsung hingga malam tanpa ada perwakilan parlemen yang menemui massa.

Ketegangan pecah sekitar pukul 21.15 WIB, saat bentrokan terjadi di bawah jembatan layang Pejompongan, Jakarta. Polisi akhirnya menangkap ratusan orang, termasuk 169 pelajar berseragam putih abu-abu yang ikut dalam aksi.

Aksi Buruh dan Tragedi Affan Kurniawan pada Kamis 28 Agustus 2025

Beberapa hari kemudian, giliran para buruh yang menggelar unjuk rasa. Mereka membawa enam tuntutan utama, mulai dari penghapusan sistem outsourcing hingga revisi aturan Pemilu. Aksi buruh sempat berjalan damai dan selesai sekitar tengah hari.

Namun, situasi berubah ketika gelombang mahasiswa dan pelajar kembali berdatangan ke kawasan DPR. Massa menuntut pembubaran parlemen serta pencabutan tunjangan dewan yang nilainya disebut mencapai Rp100 juta per bulan.

Kericuhan semakin parah pada malam hari. Tragedi terjadi ketika Affan Kurniawan (21), seorang pengemudi ojek online, tewas terlindas rantis atau kendaraan taktis Brimob di kawasan Rusun Bendungan Hilir II, Jakarta Pusat. Peristiwa ini pun tentu memantik amarah publik.

Baca Juga: Doa Bersama Forkopimda dan Ojol, Kapolres Garut Harap Garut Tetap Aman dan Kondusif

Tak lama setelah kabar kematian Affan tersebar, ribuan pengemudi ojek online langsung mendatangi Mako Brimob Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat. Aksi ini kemudian menyebar ke berbagai kota, seperti Bandung, Surabaya, dan Makassar, membuat situasi kian tak terkendali.

Gelombang Kekerasan Meluas pada Jumat, 29 Agustus 2025

Pada Jumat malam, bentrokan terjadi di banyak titik aksi. Polisi terus menembakkan gas air mata, sementara massa mulai melakukan pembakaran gedung DPRD, kantor kepolisian, hingga fasilitas umum seperti halte dan stasiun.

Eskalasi konflik pada malam itu menjadi salah satu puncak terburuk dalam rangkaian demonstrasi.

Sabtu, 30 Agustus 2025 – Dari Amarah ke Penjarahan

Meski sebagian lokasi mulai mereda pada Sabtu, kabar yang beredar di media sosial kembali menyulut emosi massa. Disebutkan bahwa sejumlah anggota DPR justru berada di luar negeri saat situasi memanas, salah satunya Ahmad Sahroni.

Kabar tersebut membuat massa bergerak ke kediaman Sahroni di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Rumah legislator itu dijarah; perabot, uang tunai, hingga brankas berisi dolar raib digondol massa.

Aksi penjarahan itu bahkan disiarkan langsung lewat TikTok, memicu komentar warganet yang kemudian menyebut nama-nama lain seperti Eko Patrio, Uya Kuya, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai target berikutnya.

 

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.