Inilah 5 Fakta Kertalegawa, Bupati Garut yang Pro Belanda


R.A.A Moehammad Moesa Soeria Kartalegawa merupakan bupati Garut ke-6 yang menjabat dari tahun 1929-1944. Ia merupakan pelopor pendirian Partai Rakyat Pasundan pada tahun 1946. Semasa jabatannya, Ia lebih pro kepada penjajah dibanding kepada aktivis Republik Indonesia. Ini dia 5 fakta Kartalegawa, Bupati Garut yang pro kepada Belanda!

 

1. Berlatar Keluarga Ningrat

Pria kelahiran 26 Oktober 1907 ini merupakan keluarga menak alias ningrat. Beberapa anggota keluarganya menjadi bupati di beberapa daerah. Semasa kecil ia dipanggil Uca. Ia menempuh pendidikan di ELS, HBS, dan Bestuur School. Setelah lulus dari sekolah, ia menempuh berbagai pekerjaan seperti menjadi ajudan, asisten rrsiden, asisten wedana, wedana, hingga akhirnya menjadi bupati Garut.

 

2. Melawan Kemerdekaan Indonesia dan Menganggap Soekarno Menomorduakan Orang Sunda

Kertalegawa menyambut proklamasi kemerdekaan dengan berat hati. Uca takut akan kehilangan hak istimewanya selama menjabat menjadi Bupati Garut. Ia juga tidak senang akan diangkatnya Sutardjo Kertohadikusumo dan Datuk Djamin sebaagi Gubernur Jawa Barat. Ia bahkan memberontak terhadap kebijakan Soekarno yang dianggap menomorduakan orang Sunda. Menurutnya, perkembangan politik di Jawa Barat tidak melibatkan orang Sunda. Dilihat dari gubernur pertama hingga ketiga di Jawa Barat, mereka bukan orang Sunda seperti, Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa), Datuk Jamin (Minang), dan Dr. Murdjani. Baru saat gubernur keempat, Sewaka, yang merupakan orant Sunda diangkat menjadi gubernur Jawa Barat. Ia juga mempertanyakan alasan Soekarno lebih mengakui Negara Indonesia Timur daripada Negara Pasundan di Jawa Barat.

 

3. Dijuluki SoeriNICAlegawa

Kedekatannya dengan pasukan Belanda menjadikannya dijuluki SoeriNICAlegawa. Penyematan nama itu dianggap pas oleh masyarakat karena kiprah politik Uca yang condong nurut kepada kebijakan Belanda. Uca malah lebih sering berlawanan dengan pemerintah Indonesia. Uca mendirikan PRP untuk membuka jalan politik dan memisahkan diri dari pemerintahan Soekarno. Uca tak malu mengaku sebagai opsir KNIL dan melakukan perlawanan secara terbuka kepada pihak yang mendukung Indoensia. PRP pernah mengadakan teror dengan menculik sejumlah pejabat Republik Indonesia di Bogor.

 

4. Mendirikan Negara Pasundan

Setelah membentuk PRP, UCa mendirikan Negara Pasundan. Ia didukung oleh eks Perwira KNIL, Kolonel Santoso, penasetan politik van Mook yang juga Gubernur Jenderal Hindia Belanda, hingga kelompok Intel Belanda NAVIS. Ia juga didukung oleh Residen Belanda di Bandung, M. Klasseen yang memandang PRP sebagai suatu gerakan rakyat yang spontan dan Residen menyambut gembira karena di Tatar Pasundan timbul gerakan antirepublik.

 

5. Pembentukan Negara Pasundan Tidak Disetujui Keluarganya

Pembentukan Negara Pasundan oleh Uca dianggap terlalu terburu-buru. Akibatnya, Negara Pasundan tidak berjalan dengan maksimal. Usai berdirinya negara tersebut, Uca langsung menjadi sasaran dari kalangan yang menolak termasuk dari kalangan keluarganya sendiri. Ayah Uca yang mengetahui hal tersebut menyuruh anaknya bersumpah di corong radio agar tidak menikah sebelum ia mati. Ibunya juga turut melampiaskan kekesalannya. Ia mengatakan bahwa ia dan anggota keluarga lainnya tidak menyetujui pendirian negara tersebut. Ibunya mempertanyakan  menagapa Uca memisahkan diri dari keluarganya dan malah mendirikan Negara Pasundan. Mang Abas, keluarganya yang juga Bupati Cianjur saat itu juga menolak pendirian Neagra Pasundan.

 

Sumber materi : merdeka.com

Sumber foto : Wikipedia


0 Komentar :

    Belum ada komentar.