Karel Albert Rudolf Bosscha dan Kecintaannya pada Astronomi

Karel Albert Rudolf Bosscha dan Kecintaannya pada Astronomi
Illustration : https://id.pinterest.com/pin/732327589426528386/

Masih dalam series preangerplanter yakni merupakan persekutungan produsen teh, pemilik kebun teh hingga perdangangan teh di tatar Priangan. Preangerplanter ini terdiri dari keluarga Van der Huct yang terdiri atas Frederick Karl Holle, Rudolf Eduard Kerkhoven dan Albert Rudolf Bosscha.

Selain bergerak di bidang perkebunan teh para preangerplanter ini peduli akan pengembangan kebudayaan dan pendidikan. Holle yang berfokus pada pengembangan budaya Sunda, Kerkhoven yang berfokus pada pengembangan jenis teh assam dan Bosscha dengan kecintaannya pada dunia astronomi.

Karel Albert Rudolf Bosscha seorang pebisnis berkebangsaan Belanda yang mendirikan Kebun Teh Malabar di Pangalengan pada Agustus 1896. Perkebunan ini berada diatas ketinggian 1550 mdpl. Bosscha pertama kali menginjakkan kakinya di Hindia Belanda pada 1887 ketika ia berusia 22 tahun. Pada saat itu Bosscha bekerja untuk pamannya yakni Edward Julius Kerkhoven di Sukabumi.

Setelah sukses mendirikan perkebunan Teh Malabar, Bosscha mendirikan dua pabrik teh baru. Pabrik teh ini menghasilkan teh berkualitas tinggi yang selalu di ekspor ke negara-negara di Eropa. Produk unggulan dari Perkebunan Teh Malabar ini adalah teh hitam, teh hitam yang diolah oleh pabrik Teh Malabar ini menghasilkan teh hitam yang menghasilkan aroma dan rasa yang khas. Hingga saat ini produk pabritk Teh Malabar dapat kita jumpai , saat ini teh malabar menggunakan merk Cap Goalpara dan Gunung Mas.

Selain seorang pebisnis, Bosscha juga merupakan seseorang yang begitu mencintai ilmu pengetahuan terutama di bidang astronomi. Sebagain keuntungan yang diperoleh Bosscha dari perkebuna teh-nya ia memberika donasi rutin kepada yayasan pendidikan yang akan membangun pendidikan tinggi yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (Technise Hogeschool Bandoeng). Selain itu, Bosscha juga berkontribusi dalam pembangunan gedung Societeit Cocordia (Gedung Merdeka).

Kencintaan Bosscha terhadap ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai disitu. Bosscha yang sedari kecil gemar melihat bintang melalui teropong, akhirnya Bosscha memutuskan untuk membangun sebuah obsevatorium yang memiliki teleskop bintang besar. Bosscha bersama Dr. J. Voute pergi ke Jerman untuk membeli Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop Refraktir Berg pada tahun 1923.

Obsevatorium Bosscha selesai dibangun pada 1928, namun Bosscha belum sempat menikmatinya karena ia sudah meninggal dikarenakan terluka terjatuh dari kuda yang ia tunggangi. Observatorium Bosscha merupakana obsevatorium astronomi modern pertama di Asia Tenggara. Hingga saat ini Observatorium Bosscha masih digunakan dan menjadi bagian dari Instititut Teknologi Bandung

 

 

Sumber : void.id


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.