ADVERTISEMENT
Beranda Kedekatan Wartawan Istana di Era Bung Karno

Kedekatan Wartawan Istana di Era Bung Karno

23 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Kedekatan Wartawan Istana di Era Bung Karno (source:aartreya)

Sukarno atau dikenal dengan Bung Karno adalah seorang Presiden Indonesia yang pada masanya sangat dekat dengan Juru Warta atau seorang wartawan. Kedekatannya dengan wartawan, memiliki cerita dan sejarahnya yang unik. 

Pada saat bertugas tentunya seorang wartawan meski mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang sudah berlaku di lingkungannya. Termasuk seorang wartawan di istana yang selalu berdampingan dengan presiden. Tentu, seorang wartawan tidak boleh semena-mena meliput atau merekam suatu kejadian diatas aturan yang sudah di selamatkan sebelumnya. 

Pada saat itu untuk wartawan Istana adanya kesepakatan yang tidak tertulis harus dilaksanakan dan dihormati oleh seorang Juru warna Istana. Disamping hal itu wartawan harus hati-hati dengan sikap para pengawal presiden. 

Kesepakatan yang tidak tertulis itu harus benar dilaksanakan oleh seorang wartawan Istana. Karena meliputi etika pelaknaan peliputan ketika di Istana termasuk ketika mengambil gambar Bung Karno. 

Pada masa itu seorang wartawan Istana tidak diperbolehkan memotret Soekarno dalam keadaan beliau tidak menggunakan peci atau kopiah. Karena peci yang selalu dipakai sukarno itu mencadi ciri khas diri Bung Karno sebagai seorang presiden yang gagah. 

Selain itu, kopiah tersebut pun jadi penghalang untuk ditampakkanbya rambut Bung Karno ke depan publik termasuk pada tamu. Karena nantinya, ketika kopiah tersebut terbuka akan telihat rambut presiden sukarno sudah kian menipis. 

Terdapat cerita dari Alex Lumi yang merupakan wartawan foto dari Mingguan Ujana. Pada waktu itu dia sedang meliput peristiwa wafatnya perdana menteri juanda tahun 1963. Ia datang ke lokasi untuk meliput peristiwa duka dan bersejarah ini.

Baca juga: Mengenal Prasasti Huludayeuh, Peninggalan Kerajaan Sunda

Disaat yang bersamaan, Sukarno juga dateng ke lokasi untuk melayat. Dan pada waktu itu, ada suatu momen dimana Sorkanarno menyalami Ny. Juanda dan Alex selau wartawan foto yang mengabadikan momen, sangat gerabg cepat mengabadikan momen tersebut. 

Namun pada saat itu bung Karno dalam kondisi tidak mengenakan kopiahnya. Dan hasil jepretan dari Alex yang menggunakan flash tersebut tersadar oleh bung Karno, sehingga bung Karno langsung menoleh dan memanggil Alex. 

Dari kejadian tersebut, al hasil Alex dibawa oleh pengawal istana presiden ke tempat tahnaan militer di Jakarta. Ia mendapat hukuman akibat memotret Bung Karno dengan mengabaikan ketentuan Istana, ia mendekam di tahanan tersebut selama sepuluh hari. 

Namun, ia mengungkapkan jika hal tersebut Bung Karno tidak marah, namun pengawal dari Bung Karno nya sendiri yang terlalu berlebihan. 

"Para pengawal selalu bertindak berlebihan. Bung Karno justru tidak menyuruh menahan saya, tapi pengawalnya menahan saya,” ungkap Alex dilansir dari Historia.id.

Selain cerita dari Alex, soal ketentuan tak tertulis tersebut pun juga diakui oleh wartawan Harian Rakjat, Martin Aleida. Ketentuan tersebut ada adalah untuk menghormati sang presiden, justru bukan berupa tekanan. Karena hal tersebut akan menjaga citra baik sang Presiden Sukarno. 

Selain itu, ia juga mengungkapkan seorang Sukarno adalah presiden yang dekat dengan wartawan. Saking karena dekatnya, Bung Karno kerap mengundang wartawan untuk hanya sekedar minum bersama jamuan minuman teh di istana merdeka.Yang mana hal itu adalah kebiasaan sukarno yang dilakukan setiap pagi. 

Dan pasa saat itulah, wartawan bisa melihat penampilan sederhana dari Sukarno yang memakai tampilan dengan kaos oblong, sendal, sampai tidak menggunakan baju resmi rapi tidak gunakan peci. 

Saking dekatnya dengan wartawan, sukarno dan wartawan telihat tidak begitu memiliki jarak sama sekali. Karena di sini wartawan dan sukarno sangat bisa melakukan komunikasi berupa obrolan langsung dengan sangat dekat. 

Baca juga: Ketika Indonesia Pernah Taklukkan Jepang di Ajang Bergengsi

Hal ini pun dialmi oleh Rachmat, ia adalah fotografer majalah penca. Ia pernah tabrakan tak sengaja dengan Presiden saat berjoget ria di istana. Hal tersebut memang tak jadi masalah oleh Sukarno, namun pengawal nya yang langsung berurusan dengan Rachmat. 

Namun, keakraban ini sudah berarakhir saat era Bung Karno. Karena dimasa soeharto kurang adanya kedekatan wartawan dengan presiden. Pengawasan lebih ketat, dan kedekatan dengan wartawan terasa ada jaraknya. Tapi, kedekatan dengan wartawan kembali hadir ketika era Abdurrahman wahid yang sudah masuk ke era Reformasi.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.