Kemendikbudristek Wacanakan Pengurangan Jumlah Mata Pelajaran di Sekolah Demi Pendalaman Materi
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah menggodok wacana penyederhanaan jumlah mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang lebih fokus, mendalam, dan tidak membebani siswa dengan materi yang terlalu banyak.
Walau belum diumumkan secara resmi mata pelajaran mana saja yang akan dirampingkan, kebijakan ini diperkirakan selaras dengan arah kebijakan prioritas nasional dalam bidang literasi, numerasi, dan pembentukan karakter. Mata pelajaran yang dianggap kurang relevan dengan kebutuhan kompetensi abad ke-21 kemungkinan besar akan dievaluasi ulang.
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menekankan pentingnya kurikulum yang fleksibel dan esensial, yang memungkinkan siswa serta guru lebih leluasa dalam mengeksplorasi materi inti. Hal ini juga sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka, yang memberikan otonomi lebih besar kepada satuan pendidikan dalam merancang pengalaman belajar siswa.
Di jenjang SD dan SMP, kemungkinan akan terjadi penggabungan antara mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), atau pengurangan jam pelajarannya. Sementara itu, untuk tingkat SMA, jalur peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa mungkin akan mengalami penyederhanaan agar lebih adaptif terhadap minat dan kebutuhan siswa.
Pemerintah menegaskan bahwa meski ada pengurangan jumlah mata pelajaran, substansi penting dari setiap disiplin ilmu tetap akan diintegrasikan dalam pembelajaran tematik atau berbasis proyek. Pendekatan ini bertujuan agar siswa memahami konsep-konsep fundamental secara lebih relevan dengan konteks kehidupan nyata.
Pelaksanaan kebijakan ini akan dilakukan secara bertahap, dengan melibatkan berbagai pihak seperti guru, kepala sekolah, dan para pakar pendidikan. Selain menurunkan beban belajar siswa, kebijakan ini juga diharapkan membuka ruang lebih luas bagi pengembangan minat dan bakat melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pembelajaran kontekstual.
Dengan langkah ini, Indonesia mengambil satu langkah maju dalam reformasi pendidikan untuk menghadirkan sistem yang lebih manusiawi, efisien, dan berorientasi pada kebutuhan masa depan.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.