Kondisi Penduduk Pribumi pada Masa Kepemimpinan Bupati Soeria Kertalegawa


Sejak dasawarsa pertama abad ke-19 (tahun 1915). Garut sudah tidak hanya didiami oleh penduduk pribumi, tetapi juga didiami oleh bangsa lain, khususnya Eropa dan China.

Penduduk pribumi yaitu orang Garut dan sekitarnya atau penduduk Indonesia (sekarang) yang mempunyai kedudukan paling rendah dalam masyarakat Hindia Belanda. Penduduk pribumi dibedakan atas dua golongan, golongan menak (atas) dan golongan somah (bawah).

Golongan menak merupakan suatu kelompok elit masyarakat Sunda sebagaimana golongan priayi dalam masyarakat Jawa yang digunakan untuk kelas sosial orang bangsawan. Nama menak pertama kali tercantum pada naskah Ciburuy pada lembar tiga versi bait ketiga yang dibuat pada abad ke-16 M.

Setelah runtuhnya kerajaan Sunda yaitu Padjajaran dan Galuh, wilayah Jawa Barat terpecah belah dan dikuasai oleh Sumedang Larang dan kemudian oleh Mataram. Wilayah yang terpecah belah ini melahirkan entitas politik baru yaitu kabupaten yang dikuasai oleh seorang Bupati dan keluarganya.

Seorang Bupati akan berusaha agar kekuasaannya tetap bertahan dengan mewariskan kepada keturunannya. Hal inilah yang mendasari lahirnya kelompok elit yang disebut sebagai menak.

Para menak memiliki gelar yaitu Raden untuk laki-laki maupun perempuan. Sedangkan untuk anak yang lebih rendah bergelar emas mereka memiliki gaya hidup yang lebih tinggi dalam karena mereka dipersiapkan untuk menajdi seorang pemimpin.

Para menak mendapatkan akses pendidikan baik agaman maupun pendidikan modern. Selain itu, rumah, pakaian, dan hiburan mereka menjadi pembeda antara menak dengan rakyat biasa.

 

 

Sumber : Maman Darmansyah, Garut Era Kepemimpinan Bupati R.A.A Soeria Kertalegawa (1915-1929)Jurnal Renaissance Vol. 3, No. 12, 2018


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Alya zihan nadira
  • 30, Aug 2024
Raja Raja Yang Terkenal di Kerajaan Tarumanegara
  • Oleh Alya zihan nadira
  • 30, Aug 2024
Fakta-Fakta Menarik dari Kerajaan Tarumanegara