Kenapa Ya, Orang Sunda Jarang Merantau ke Luar Pulau Jawa?
Kalau bicara soal perantauan, suku-suku di Indonesia punya cerita dan kecenderungannya masing-masing. Orang Bugis, misalnya, terkenal gigih merantau hingga ke pelosok Nusantara, bahkan ke luar negeri. Begitu juga dengan orang Minang, yang punya filosofi “Karatau madang di hulu, babuah babungo balun; marantau bujang dahulu, di rumah baguno balun” merantau adalah bagian dari hidup.
Lalu bagaimana dengan orang Sunda? Kalau diperhatikan, orang Sunda relatif jarang merantau jauh, apalagi ke luar Pulau Jawa. Kenapa bisa begitu? Yuk, kita bahas dari beberapa sudut pandang budaya, sejarah, dan faktor sosial!
Baca Juga: Ciplaz yang Sekarang Dulunya Pabrik Tenun Garut yang Pernah Berjaya Loh!
1. Faktor Budaya: Ikatan dengan Tanah Leluhur
Orang Sunda punya hubungan emosional yang kuat dengan tanah kelahirannya. Dalam buku “Orang Sunda: Sebuah Potret Budaya”, disebutkan bahwa ikatan kekerabatan dan tanah leluhur menjadi salah satu nilai penting dalam budaya Sunda. Mereka merasa lebih nyaman tinggal di tanah yang dekat dengan keluarga besar, sawah, dan kebun warisan.
Hal ini juga selaras dengan pandangan banyak ahli antropologi, bahwa orang Sunda memiliki local attachment yang tinggi. Kehidupan agraris yang mapan dan tanah subur di Priangan membuat banyak orang Sunda merasa tak perlu merantau jauh untuk mencari penghidupan.
2. Faktor Ekonomi: Tanah Subur dan Sumber Penghidupan Dekat
Priangan (Jawa Barat) dikenal subur dan kaya hasil bumi. Dari perkebunan teh, padi, sayur-mayur, hingga hasil kebun kopi, semuanya mendukung ekonomi lokal. Dalam “Pertanian di Jawa Barat”, dijelaskan bahwa mayoritas penduduk Sunda memang bertani, berkebun, atau berdagang di pasar lokal.
Tidak seperti orang Bugis yang hidup di daerah pesisir dan punya tradisi pelaut, atau orang Minang yang tinggal di pegunungan dengan lahan pertanian terbatas, orang Sunda punya pilihan tetap bertahan di kampung halaman sambil tetap bisa sejahtera.
3. Faktor Sejarah: Sedikit Tekanan untuk Migrasi
Menurut peneliti sosial Dadang S. Anshori (2010), sejarah kolonial di Jawa Barat tidak memaksa penduduknya bermigrasi besar-besaran ke luar daerah. Bandingkan dengan sejarah transmigrasi masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur yang lebih gencar di masa kolonial Belanda maupun Orde Baru.
Orang Sunda lebih banyak bergerak di sekitar Jawa Barat saja. Kalau pun merantau, biasanya ke Jakarta, Banten, atau kota-kota industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tapi untuk ke Kalimantan, Sulawesi, Papua, atau luar negeri, tidak semasif suku-suku perantau lainnya.
Baca Juga: Java Preanger: Warisan Kopi Dunia dari Tanah Priangan
4. Ikatan Sosial: Nilai Kebersamaan yang Tinggi
Orang Sunda punya filosofi “silih asah, silih asih, silih asuh” saling mengasah, saling mengasihi, saling mengayomi. Nilai kekeluargaan yang erat membuat mereka enggan berjauhan dari keluarga.
Selain itu, kebiasaan kumpul di kampung halaman setiap momen penting seperti Lebaran, pernikahan, dan hajatan menjadi alasan tambahan mengapa orang Sunda lebih betah dekat rumah.
Merantau Bukan Tidak Bisa, Tapi Tidak Harus
Bukan berarti orang Sunda tidak bisa merantau. Banyak juga yang sukses di perantauan, menjadi pengusaha, pejabat, atau profesional di Jakarta, Batam, hingga luar negeri. Namun bagi sebagian besar, kalau di kampung sudah bisa makan cukup, punya kebun dan sawah, serta keluarga tetap dekat, untuk apa jauh-jauh?
Bagaimanapun juga, pilihan untuk merantau atau menetap adalah bagian dari identitas budaya yang patut kita hormati.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.