Letusan Krakatau Akhir Agustus 1883 dan Jejak Dahsyatnya
Pada akhir Agustus 1883, tepatnya pada tanggal 27 Agustus, Gunung Krakatau di Selat Sunda meledak dahsyat bak terjadinya hari kiamat.
Gelombang tinggi tsunami mencapai sekitar 30 meter menghantam pesisir, dan suara letusannya menggema seperti petir menggelegar, meluluhlantakkan segala yang ada di jalur lintasannya.
Sebelumnya, ledakan permulaan terjadi pada pertengahan Agustus. Salah satu saksi, Johanna Beijerinck dari Katimbang, mencatat dalam jurnalnya betapa "suara berisik batu apung menimpa atap rumah, diiringi suara auman mengerikan secepat kilat".
Sementara itu, Ong Leng Yauw, yang waktu itu berusia 14 tahun, menyaksikan air laut tiba‑tiba surut jauh sebelum tsunami datang “seperti pohon kelapa” menerjang daratan.
Baca Juga: Gerakan Antipajak dan Aksi Perlawanan Revolusioner
Menurut catatan pemerintah kolonial, bencana ini menelan korban jiwa hingga sekitar 36.000 orang, serta kehancuran parah di banyak daerah pesisir di Jawa dan Sumatera. Abu vulkanik dalam jumlah besar menutupi langit, membuat siang menjadi gelap berkepanjangan.
Dampak letusan juga melampaui batas lokal. Abunya menyebar ke atmosfer, memicu fenomena optik seperti “Bulan berwarna biru” akibat penyebaran partikel mikronik, serta matahari berwarna ungu lavender dalam beberapa waktu.
Dalam buku Simon Winchester, selaku ahli sejarah, berjudul Krakatoa: The Day the World Exploded, 27 August 1883, itu merupakan peristiwa besar yang mempengaruhi terhadap kehidupan sosial, kondisi politik, hingga ranah ilmu pengetahuan yang juga tidak stabil.
Bencana ini bahkan berkontribusi pada pemberontakan petani di Banten pada 1888, sebagai pemicu disintegrasi sosial pasca kerusakan panen dan wabah penyakit.
Letusan ini menjadi letusan terkuat dalam sejarah modern dengan kekuatan VEI 6, suara terdengar hingga 3.300 km, tsunami melanda setinggi 120 kaki, serta korban tewas mencapai sekitar 35.500 jiwa.
Baca Juga: Menelisik Kisah Diplomasi Australia, Jadi yang Pertama Berkunjung Pasca Proklamasi
Letusan itu terjadi cukup lama, yakni sekitar lima bulan, terhitung dari 20 Mei - 21 Oktober 1883. Adapun puncak letusan itu terjadi pada 27 Agustus 1883 dengan kekuatan VEI 6. Lebih dari 70% pulau hancur, korban tewas diperkirakan 36.417 jiwa, suhu global turun rata‑rata 1.2°C selama beberapa tahun, dan gelombang suara mengelilingi Bumi hingga tiga kali.
Menyatakan suara ledakan Krakatau adalah yang terdengar paling keras sepanjang sejarah (Guinness), setara 100 megaton ledakan nuklir, menciptakan fenomena 'Bulan biru' sepanjang bertahun‑tahun.
Menyebut tsunami vulkanik Krakatau sebagai yang paling menghancurkan dalam rekaman sejarah, dengan ketinggian gelombang mencapai 40 m dan menewaskan sekitar 36.000 orang.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.