Mengenal Kesenian Jibrut, Musik Ketiak Pengiring Pantun dari Kecamatan Limbangan


Seni tradisional selalu memiliki ruh tersendiri di era persaingan masyarakat modern seperti saat ini. Tak hanya karena nilai budayanya, kesenian tradisional diyakini sebagai jejak peninggalan nenek moyang atau bukti yang dikeramatkan.

Nah, salah satu kesenian tradisional yang tak jarang diketahui adalah Jibrut. Musik tradisional yang menggunakan ketiak sebagai alat utama dan telah dikembangkan oleh para pegiat seni di Kecamatan Limbangan, Garut.

Secara istilah, menurut keterangan masyarakat setempat, Jibrut sendiri diambil dari bunyi "Brut" yang muncul dari ketiak saat dimainkan. Bunyi tersebut muncul dari suara telapak tangan yang menyentuh bagian ketiak (dalam bahasa Sunda: Cecekolan) ketika dilipat dan dihimpitkan sehingga  mengeluarkan bunyi "Brut".

Mirip dengan beatbox, kesenian Jibrut juga memfokuskan diri dalam menghasilkan bunyi-bunyi ritmis seperti instrumen musik. Kesenian Jibrut juga dikolaborasikan dengan bunyi-bunyian yang keluar dari mulut dan tepukan tangan.  Biasanya, kesenian ini digunakan sebagai pengiring pencak silat, pantun Sunda, atau acara-acara ritual.

Dalam prosesnya, pemain Jibrut biasanya terdiri dari satu sampai dua orang yang dilengkapi dengan sinden, tukang kendang, degung, karinding dan alat musik tradisional lainnya. Pemain jibrut mula-mula akan melantunkan sebuah pantun Sunda atau kawih Sunda, kemudian melipatkan tangan ke ketiak sampai mengeluarkan suara sesuai ketukan lagu yang dimainkan. Setelah itu, sinden akan menyanyikan lagu hingga selesai dan ditutup dengan lawakan atau komedi dari para pemain.

Hingga saat ini, belum ada keterangan pasti sejak kapan Jibrut mulai lahir di Garut. Namun, sebagaian masyarakat Limbangan menganggap bahwa kesenian ini adalah anugrah dari Tuhan yang diturunkan melalui nenek moyang. Karenanya, tidak sembarang orang bisa memainkan Jibrut.

Sementara itu, beberapa waktu yang lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, sempat menghadiri kegiatan workshop di Garut yang mengangkat seorang seniman pegiat kesenian Jibrut di Limbangan  dan memberikan banyak apresiasi pada kesenian langka satu ini.

Beliau berharap, kesenian ini dapat berkembang dan diakui oleh masyarakat modern sebagai salah satu khazanah budaya Sunda yang penting untuk dilestarikan.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka