Penyerangan Mengerikan Leles, Garut Menjelang Peringatan Kemerdekaan Indonesia


Leles merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Garut. Sejak zaman Belanda hingga zaman kemerdekaan Indonesia. Leles menyimpan banyak sejarah. Salah satunya terjadi pada tanggal 12 Agustus dan 17 Agustus 1950, 5 taun setelah kemerdekaan Indonesia.

Penduduk Leles saat itu diserang oleh sejumlah kelompok bersenjata tak dikenal. Peristiwa penyerangan itu diberitakan dalam sebuah surat kabar AID de Preangerbode yang terbit pada 19 Agustus 1950. Arsipnya tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Belanda. Diberitakan kejadian di Leles itu sangat mengerikan. 

Kawasan Leles diserang kelompok bersenjata. Sepuluh orang tewas, banyak rumah dibakar, hingga jembatan pun diledakan. Sejumlah kelompok bersenjata itu muncul dari hutan ke perkotaan Leles pada sabtu malam. Penyerangnya tidak hanya satu kelompok, tetapi dengan jumlah yang banyak.

Setelah perayaan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1950 malam, serangan terberat dilakukan di pusat perkotaan Leles. Serangan itu terjadi ke Kampung Salam Noenggal dan Kampung Kandang. Akibat serangan tersebut, sepuluh warga kehilangan nyawa, enam diantaranya dibunuh secara brutal. Salah satu dari enam korban itu adalah carik asisten Wedana Leles dan seorang pedagang Cina.

Lima sekolah rakyat, yaitu SR 1, SR 2, SR Tjikondi, SR Djangoeran, dan SR Lembang terpaksa ditutup. 80 rumah dibakar oleh para penyerang. Empat sekolah yang berjarak 7 km dari Balubur Limbangan menutup gerbangnya. Staf sekolah terpaksa mengungsi setelah semua barang-barang mereka dibakar. 

Lima jembatan antara Balubur Limbangan dan Garella diledakan oleh kelompok bersenjata itu. Salah satu dari jembatan itu bahkan sudah diperbaiki hingga tiga kali oleh Dinas Pekerjaan Umum Garut setelah diserang.

Melansir dari deskjabar.pikiran-rakyat.com, terdapat banyak persepsi yang berbeda mengenai serangan tersebut. Pada masa itu muncul istilah ‘gerombalan’ yang banyak dikesankan kepada pihak Darul Islam yang dikenal dengan DI/TII. Ada juga masyarakat yang meyakini bahwa mereka hanya memanfaatkan situasi untuk membusukan sosok Darul Islam, padahal mereka bukanlah dari pihak Darul Islam. Dari arsip surat kabar yang tersimpan di Koninklijke Bibliotheek juga menyebutkan pada sejumlah kejadian muncul “orang-orang gunung” yaitu sebutan bagi Darul Islam yang sebenarnya hanya berniat mencari makanan dan perbekalan.

 

Sumber materi dan foto : deskjabar.pikiran-rakyat.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka