Pers di Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja di Momentum HPN Kali Ini

Pers di Indonesia Sedang Tidak Baik-Baik Saja di Momentum HPN Kali Ini
Ilustrasi Pers Sedang Tidak Baik-Baik Saja/Sumber: Pixabay/janeb13

Kondisi Pers di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja meski tengah berada di momen spesial yakni Hari Pers Nasional (HPN) 2023.

 

Meski HPN kali ini bertemakan Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat, namun hal tersebut masih terlihat bias pada realitanya.

Keprihatinan keadaan Pers ini disampaikan langsung oleh Presiden Jokowi saat menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional di Deli Serdang, Sumatera Utara Kamis, (9/2/2023).

 

Dalam sambutannya, Jokowi menyebut dunia pers saat ini sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja karena semakin banyaknya media informasi digital yang mengorbankan kualitas isi dan jurnalisme autentik.

 

“Pada Peringatan Hari Pers Nasional sekarang ini saya ingin mengatakan bahwa dunia pers tidak sedang baik baik saja. Saya ulang, dunia pers sedang tidak baik-baik saja,” kata Presiden di Deli Serdang, Kamis.

 

Kemudian beliau menyampaikan, dulu isu utama dunia pers adalah kebebasan pers. Tetapi saat ini isu utama dunia pers menurut Presiden sudah bergeser.

 

“Dulu isu utama dunia pers adalah kebebasan pers. Sekarang apakah isu utamanya tetap sama? Menurut saya sudah bergeser. Karena kurang bebas apalagi kita sekarang ini,” jelas Presiden.

 

Selanjutnya ia memaparkan bahwa pers sekarang ini mencakup seluruh media informasi yang bisa tampil dalam bentuk digital. Semua orang bebas membuat berita sebebas-bebasnya.

 

Akibatnya masyarakat masyarakat kini, kebanjiran berita dari media sosial dan media digital lainnya, termasuk platform-platform asing yang umumnya tidak memiliki redaksi.

 

Selain itu, hal itu juga karena media tersebut dikendalikan artificial intelligence, di mana algoritma raksasa digital cenderung mementingkan kepentingan sisi komersial saja.

 

“Algoritma raksasa digital cenderung mementingkan kepentingan sisi komersial saja dan hanya akan mendorong konten-konten recehan yang sensasional. Sekarang ini banyak sekali, dan mengorbankan kualitas isi dan jurnalisme autentik. Ini yang kita akan semakin kehilangan,” ujarnya.***


Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.