Petani VS Pemerintah Kolonial di Dalam Peristiwa Cimareme


Peristiwa CImareme adalah peristiwa kelam nan bengis yang pernah terjadi di Kota Garut. Peristiwa Cimareme adalah peristiwa pembantaian kelompok petani Garut yang dipimpin oleh Haji Hasan. Nama peristiwa cimareme diambil dari nama Kampung Cimareme yang berada di Kecamatan Banyuresmi. Kampung Cimareme merupakan salah satu kampung yang terkena kebijakan penjualan beras kepada pemerintah Hindia Belanda. 

Kebijakan ini sangat merugikan petani dan masyarakat CImareme karena harga yang diberikan oleh pemerintah HIndia Belanda sangatlah murah dan jauh di bawah harga pasar. Selain itu, para petani dipaksa untuk menjual banyak berasa kepada pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan ini membuat petani sengsara karena para petani tidak bisa menikamti besar hasil panennya dan uang yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda sangatlah sedikit dan tidak cukup untuk kembali membeli beras.

Kebijakan ini ditolak oleh Haji Hasan yang merupaka ketua kelompok petani Cimareme. Peristiwa ini berawal dari diutusnya petugas yang berasal dari Wedana Leles untuk memaksa Haji Hasan menjual berasnya sebanyak 10 pikul, namun Haji Hasan menolaknya dan hanya bersedia menjual 10 pikul beras. Penolakan ini tidak diterima oleh Wedana Leles tersebut dan Wedana tersebut akan melaporkannya ke pihak pemerintah Hindia Belanda dan mengancam akan menyita sawah milik Haji Hasan.

Haji Hasan tidak takut akan ancaman tersebut, Haji Hasan marah dan mengirimkan surat kepada pemerintah untuk menimbang kembali kebijakan penjualan padi. Tentu saja permohon Haji Hasan mengenai kebijakan ini ditolak dan penolakan inilah mendorong Haji Hasan untuk bersiap memberikan perlawanan jika suatu hari pemerintah Hindia Belanda datang untuk mengambil sawahnya.

Haji Hasan yang tidak mengalah membuat pemerintah Hindia Belanda mengirimkan pasukan Marsose ke kediaman Haji Hasan. Haji Hasan tidak mau tunduk dan tetap mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikinya ini membuat pasukan Marsose kesal dan akhirnya melepaskan tembakan ke atap rumah dan kemudian tembakan ini diarahan ke dalam rumah Haji Hasan. Tembakan ini menewaskan Haji Hasan beserta orang-orang di dalam rumahnya. Dalam peristiwa penembakan ini menewaskan 7 orang dan 19 orang mengalami luka-luka.

Korban yang selamat tersebut pada akhirnya ditangkap dan dijatuhi hukuman, bagi menantu Haji Hasan yakni Haji Gojali selama 15 tahun penjara, enam orang anak Haji Hasan dijatuhi hukuman selama selama 5 tahun penjara dan keenam cucu Haji Hasan dijatuhi hukuman selama 2 tahun penjara.

Peristiwa Cimareme dan perlawanan Haji Hasan ini membangkitkan semangat perlawanan terhadap kolonialisme. Salah satunya adalah Muhammad Sanusi, seorang sastrawan yang menulis karya sastra mengenai peristiwa Cimareme sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonial. Namun, pemerintah Hindia Belanda tidak senang akan hal ini dan berusaha untuk menutup peristiwa Cimareme sehingga tidak terjadi pemberontakan dimana-mana. 

Sumber : Tirto.id


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka