RA Lasminingrat, Pejuang Emansipasi Wanita Pertama dari Tanah Sunda Sebelum Kartini


Jauh sebelum nama Kartini mengudara, sosok R. A. Lasminingrat sudah lebih dulu bergerak mengepakkan sayap untuk kemajuan pendidikan tanah air.
 
R.A. Lasminingrat merupakan perempuan kelahiran Garut, Jawa Barat yang terkenal dengan kecerdasannya dalam bidang sastra. Ia adalah perempuan pribumi satu-satunya yang dapat membaca dan menulis juga berbahasa Belanda. 
 
Lasminingrat kecil dikenal sebagai siswa teladan yang piawai dalam berbagai bidang dan bercita-cita memajukan kaum hawa melalui pendidikan. Di usianya yang masih belia, Lasminingrat harus berpisah dengan orang tuanya untuk mengenyam pendidikan lanjutan di Sumedang. Di sana ia diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levyson Norman.
 
Pada tahun 1871 ia kembali ke Garut dan menetap di Pendopo Garut. Di tahun itu ia meulis buku-buku berbahasa Sunda dan menghasilkan banyak karya dari buah pemikirannya. Pada 1875 ia menerbitkan buku "Carita Erman" yang merupakan terjemahan dari Christoph von Schmid. Buku ini dicetak sebanyak 6.015 eksemplar dengan menggunakan aksara Jawa, lalu pada tahun 1922 dalam aksara Latin. 
 
Setelah karya tersebut, pada 1876 ia  menerbitkan "Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng Jilid I" dalam aksara Jawa. Buku ini merupakan hasil terjemahan dari tulisan Marchen von Grimm dan JAA Goeverneur, yaitu Vertelsels uit het wonderland voor kinderen, klein en groot (1872) dan beberapa cerita Eropa lainnya. 
 
Dengan pencapaiannya yang luar biasa, ia kemudian mendapat julukan sebagai Ibu Literasi Pertama Indonesia karena peran sertanya dalam dunia kesusastraan ndonesia, khususnya Sunda. Tak tanggung-tanggung, di tahun 1907 ia kemudian mendirikan Sekolah Keutamaan Istri Lasminingrat di ruang gamelan Pendopo Garut.
 
Karena ketangguhannya dalam memajukan pendidikan perempuan, enam tahun kemudian sekolah ini mendapatkan pengakuan dari pihak pemerintah Hindia Belanda. Dengan adanya pengakuan tersebut, cabang-cabang Sekolah Utama Istri mulai dibangun di Tarogong, Bayongbong, Cikajang, hingga merambah ke kota-kota lain seperti Tasikmalaya, Sukabumi, Purwakarta, dan Rangkasbitung. 
 
Kini, sebagai bentuk dukungan kepada R. A. Lasminingrat, pemerintah telah mengusulkan namanya untuk menjadi Pahlawan Nasional Indonesia. Meski belum diakui secara nasional, hingga saat ini masyarakat Garut telah menganggap Lasminingrat sebagai pahlawan intelektual.
 
 
 
 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka