Beranda Rapor, Raport, atau Rapot? Ini Penulisan yang Benar dan Baku menurut KBBI
ADVERTISEMENT

Rapor, Raport, atau Rapot? Ini Penulisan yang Benar dan Baku menurut KBBI

3 jam yang lalu - waktu baca 3 menit
Ilustrasi seorang siswa saat menerima rapor bersama orang tuanya | Kemdikdasmen RI

Banyak orang masih sering salah dan bingung terkait penulisan kata ‘rapor’, apalagi menjelang momen pembagian hasil belajar siswa di akhir semester. Tak jarang, orang tua, murid, bahkan tenaga pendidik yang masih ragu, apakah penulisan yang tepat adalah rapor, raport, atau rapot.

Penggunaan bahasa baku dalam konteks dan ranah pendidikan sangat penting. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia dalam situs resminya menuliskan bahwa bahasa baku dapat membantu untuk meningkatkan kredibilitas dokumen.

Selain itu, bahasa baku juga dapat menjaga kejelasan dan ketepatan makna serta mencerminkan pendidikan dan profesionalisme seseorang. Itu artinya, penting untuk mulai menggunakan bahasa baku yang sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan pelan, salah satunya dalam konteks pendidikan.

Lantas, bagaimana penulisan rapor yang benar menurut kaidah bahasa Indonesia? Berikut adalah penjelasan lengkapnya.

Baca Juga: 12 Contoh Catatan Narasi Penilaian Jati Diri Murid TK/PAUD di Rapor

Penulisan yang Benar Rapor, Raport, atau Rapot?

Penulisan yang baku dan benar sesuai dengan KBBI adalah Rapor, tanpa huruf ‘t’ di akhir. Jadi, bukan rapot, apalagi raport.

Sebenarnya, apa alasan banyak masyarakat Indonesia masih sering salah mengeja berbagai kata dalam bahasa Indonesia, termasuk kata ‘rapor’ itu sendiri?

Kata ‘rapor’ diserap dari bahasa Belanda, rapport. Kata ini diakhiri dengan huruf ‘t’. Pengaruh ejaan asli dari bahasa asing ini kemudian diadaptasi dan sering terbawa dalam konteks berbahasa Indonesia. Tak heran jika masih banyak yang salah menuliskan kata tersebut, meskipun ejaan bakunya sudah disesuaikan dan masuk dalam KBBI.

Sebuah tulisan milik Nita Handayani, Pengkaji Kebahasaan dan Kesastraan yang terbit di situs Balai Bahasa Provinsi Maluku, menyebutkan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat masih sering melakukan kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia, di antaranya

  • kurangnya pemahaman penggunaan bahasa baku dan tidak baku;
  • masih banyak masyarakat Indonesia yang meremehkan definisi atau arti dari sebuah kata sehingga terjadi kesalahan pemahaman—contoh kecilnya adalah kata ‘dirgahayu’ (KBBI: berumur panjang) yang sering diartikan sebagai “selamat ulang tahun”;
  • minimnya penguasaan struktur kalimat akibat minimnya pengetahuan dan kebiasaan menulis dengan struktur kalimat yang benar;
  • perubahan struktur ejaan bahasa Indonesia yang tidak dibarengi dengan sosialisasi yang memadai; dan
  • kurangnya minat generasi muda dalam mempelajari bahasa Indonesia.

Sementara itu, pada kasus generasi muda lainnya, tulisan Safira Afifah dan Usiono dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Kebudayaan dan Agama, “erosi” penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan bahasa gaul yang begitu masif.

Media sosial menjadi salah satu kontributor vital yang memicu banyaknya kesalahan berbahasa pada generasi muda saat ini. Belum lagi penggunaan bahasa nonbaku dan singkatan yang berlebihan hingga tumbuh menjadi kebiasaan.

Tak ketinggalan, arus globalisasi yang begitu kencang turut mendorong generasi muda untuk mengadopsi nilai, norma, hingga budaya asing dalam kehidupan sehari-hari, termasuk berbahasa.

Apa Itu Rapor Sekolah?

Menurut KBBI VI Daring, kata rapor berarti buku yang berisi nilai kepandaian dan prestasi belajar murid di sekolah, berfungsi sebagai laporan guru kepada orang tua atau wali murid. Secara sederhana, rapor memuat hasil evaluasi belajar siswa selama periode tertentu, umumnya satu semester.

Lebih lanjut, selain berisikan nilai, rapor juga umumnya berisi informasi mengenai perkembangan holistik siswa, mulai dari sikap dan karakter, kehadiran, deskripsi kompetensi, kegiatan ekstrakurikuler, prestasi lainnya (nonakademik), hingga catatan dari wali kelas.

Istilah Lain yang Sering Salah Ejaan

Di bawah ini adalah 15 contoh kata dalam bahasa Indonesia yang sering salah dieja. Bentuk baku tiap kata didasarkan pada ejaan KBBI VI Daring yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

  1. Antre, bukan antri
  2. Apotek, bukan apotik
  3. Ijazah, bukan ijazah
  4. Izin, bukan ijin
  5. Karier, bukan karir
  6. Lembap, bukan lembab
  7. Nasihat, bukan nasehat
  8. Praktik, bukan praktek
  9. Risiko, bukan resiko
  10. Salat, bukan sholat, solat, atau shalat
  11. Sekadar, bukan sekedar
  12. Silakan, bukan silahkan
  13. Sumatra, bukan Sumatera
  14. Utang, bukan hutang
  15. Zaman, bukan jaman
Baca Juga: Contoh Susunan Acara Pembagian Rapor PAUD yang Efektif dan Berkesan

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.