Sasakala Cilauteureun jeung Pameungpeuk Bagian II


Negara ini memiliki dua puluh lima baris leuit dan di setiap baris jumlah leuit tersebut tidak kurang dari dua puluh lima. Prabu Geusan Ulun yang merupakan pemimpin Negara Bones memiliki tiga putra yang pertama yakni Arbawisesa, kedua Sangga Buana, dan putra yang ketiga adalah Bratakusumah. Suatu hari Prabu Geusan Ulun mengumpulkan ketiga anaknya ini dan ia memberikan wasiat kepada ketiga putranya.

Prabu Geusan Ulun menitipkan wasiat kepada para putranya ketika ia meninggal ia tidak ingin dikuburkan di Negara Bones, Prabu Geusan Ulun ingin dihanyutkan dengan menggunakan rakit (perahu). Kemudian jika rakit tersebut berhenti disuatu tempat maka kuburlah ia ditempat rakit itu berhenti. Kemudian ketika Prabu Geusan Ulun telah meninggalkan dunia putranya yang pertama yakni Arbawisesa bersama yang lainnya bergotong-royong membangun sebuah rakit.

Setelah selesai membuat rakit, Arbawisesa bersama kedua adiknya dan juga para pengawal negara siap untuk mengiringi Prabu Geusan Ulun. Prabu Geusan Ulun dinaikan ke-rakit bersama kukusan dan kemudian ia dilerung ke Sungai Cimandalakasih. Sungai Cimandalakasih ini membelah seluruh wilayah negara Bones. Sungai ini mengalir ke arah Barat Bones sehingga sungai ini tembus langsung ke Kampung Nangoh. Di Kampung Nangoh aliran sungai ini bertemu dengan Sungai Cilauteureun yang bermuara di Santolo.

Rakit yang membawa Prabu Geusan Ulun ini dihanyutkan di Sungai Cimandalakasih dan diiikuti oleh Arbawisesa bersama pengawalnya. Setelah sampai di Laut Sayang Heulang rakit tersebut tiba-tiba berhenti padahal tidak ada yang menghalanginya sehingga Arbawisesa menarik kesimpulan bahwa rakit ini berhenti disini dan disinilah ayahnya akan dikuburkan. Kemudian ia bersama pengawalnya berhenti dan segera membuat sebuah makam di hulu air terjun di pinggir sebuah masjid.

 

 

 

Sumber : Dongeng - Dongeng Pakidulan Garut, Warjita, M.Ziaulhaq dan H. Burhanudin Afif


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka