Sasakala Cilauteureun jeung Pameungpeuk Bagian III


Selesai menguburkan jasad ayahnya Arbawisesa dan pengawalnya kembali ke Bones. Kemudian terdapat kabar bahwa rakit tersebut terus hanyut bersama kukusan diatasnya dan rakit tersebut akhirnya tersangkut disebuah karang. Kemudian sepanjang aliran sungai yang dilalui hingga tempat berhentinya rakit tersebut di karang yang terletak di laut menjadi asal-usul nama sungai dan laut Cilautereun. Sungai dan Laut Eureun ini kemudian dijadikan sebagai tempat berlabuhnya kapal pamayang.

Selanjutnya Negara Bones ini dipimpin oleh Arbawisesa yang menggantikan Prabu Geusan Ulun. Dibawah kepemimipinan Arbawisesa negara ini menjadi lebih maju, gemah-ripah loh jinawi. Kemudian di suatu malam Arbawisesa bermimpi bahwa makam ayahnya terendam air dari Sungai Cimandalakasih. Karena mimpi itu, Arbawisesa berencana untuk memindahkan aliran sungai tersebut dengan cara meungpek atau membendung aliran sungai .

Arbawisesa dan rombongnya pergi menyusuri sungai untuk menentukan tempat yang cocok sehingga dapat membelokan aliran sungai Cimandalakasih dan membendungnya. Sesampainya di jalan Cikoneng Arbawisesa merasa daerah ini cocok untuk membendung sungai, ia-pun memanggil rombongannya dan memerintahkan untuk membawa batu yang besar untuk membuat ceruk yang dijadikan bendungan. Kemudian ia memerintahkan pengawalnya untuk mencarikan batu yang paling besar.

Sang pengawal berhasil menemukan batu yang sangat besar, dengan kekuatan Arbawisesa mengangkat batu yang sangat besar dan kemudia ia berdoa, dengan begitu ia bisa mengangkat batu besar dan menjatuhkan ke bawah sehingga terbentuklah sebuah bendungan besar yang diakibatkan oleh jatuhnya batu besar tersebut. Kemudian air dari Sungai Cimandalakasih yang telah dibelokan sebelumnya mengalir dan memenuhi bendungan tersebut.

Aliran sungai baru yang dibuat untuk membelokan aliran air Cimandalakasih ini disebut dengan Sungai Cipalebuh. Kemudian tempat dimana batu dijatuhkan yang merupakan Kaum Kaler kemudian dikenal dengan sebutan daerah Batu Pameungpeuk, demikianlah cerita asal-muasal Cilautereun dan Pameungpeuk.

 

 

 

 

Sumber : Dongeng - Dongeng Pakidulan Garut, Warjita, M.Ziaulhaq dan H. Burhanudin Afif


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka