Sejarah Domba Garut


Domba Garut merupakan hewan kebanggaan khas Garut yang sudah ada sejak zaman dahulu. Domba Garut ini memiliki silsilah yang unik dan hingga saat ini silsilah domba Garut masih banyak diperdebatkan karena banyak pandangan dan pendapat mengenai silsilah domba Garut ini. Bahkan baru-baru ini ditemukan bahwa terdapat relief berbentuk domba Garut di Candi Prambanan.

Jika benar bahwa relief tersebut merupakan relief domba Garut, maka hal ini menunjukkan bahwa domba Garut adalah spesies domba asli yang berasal dari Garut bukanlah spesies domba pernakan yang selama ini diketuhai oleh banyak masyarakat. Namun, mengenai relief yang ada di Candi Prambanan ini masih diteliti.

Berdasarkan informasi yang sudah banyak disepakati oleh para ahli, mereka menyebutkan bahwa domba Garut adalah domba hasil perkawinan silang domba Cape dari Afrika Selatan dengan domba Merino dari Australia yang kemudian dikawin silangkan lagi dengan domba lokal. Menurut sejarah, domba Garut pertama kali dikembangkan oleh Karel Frederik Holle bersama Raden Moesa yang merupakan Penghulu Limbangan bersama dengan para peternak domba lainnya.

Namun, hingga saat ini tidak diketahui bagaimana bentuk asli dari domba Cape, sebagian besar orang mendeskripsikan domba Cape mirip seperti domba peranakan Afrika yang memiliki ekor pendek yang gemuk yang eksis di abad 18 masehi. Tercatat dalam sejarah bahwa tahun 1802 domba Cape ini banyak dikembangkan di Batavia. Domba Cape ini kemudian dikawin silangkan dengan domba Merino dengan tujuan untuk menghasilkan benang wool yang lebih berkualitas.

Disamping tujuan utamanya, perkawinan silang domba Cape dengan Merino ini malah menghasilkan spesies domba baru yang unggul. Domba Garut memiliki ukuran yang lebih besar daripada domba lokal, memiliki bulu yang menumpuk di lehernya, tanduk yang kuat dan melingkar serta memiliki ekor yang berlemak seperti domba Afrika. Domba Garut ini diternakan untuk dijadikan sebagai domba petarung atau domba yang biasa diikutsertakan pada uji ketangkasan.


Sumber : H. Cetin Katirci on Farmow.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka