Sejarah Kue Lebaran I


Kue lebaran sudan menjadi tradisi yang melekat bagi masyarakat Indonesia, sudah merupakan kewajiban untuk menyediakan, membuat dan memakan kue di hari raya Idul Fitri. Bahkan penjualan kue-kue terutama kue khas lebaran seperti nastar, kastangel, putri salju, lidah kucing, kue kacang, kue keju ini meningkat bila dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Mengapa nastar, kastangel, putri salju, lidah kucing, kue kacang, kue keju menjadi ikon kue lebaran? Menurut Fadly Rahman seorang Sejarawan di bidang kuliner dari Universitas Padjadjaran menjelaskan mengapa kue-kue tersebut menjadi ikon makanan lebaran. Kue kering tersebut sebenarnya memiliki makna, makna dari kue-kue tersebut adalah toleransi.

DI Indonesia kue kering sudah ada sejak zaman kolonia Belanda, di masa itu kue-kue kering tersebut merupakan makanan yang disantap oleh orang-orang Belanda dan kue tersebut dijadikan sebagai hantaran atau parcel yang diberikan oleh pihak Belanda kepada kelompok bangsawan pribumi sebagi bentuk perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Begitu pula sebaliknya, ketika hari raya Natal keluarga bangsawan pribumi akan memberikan hantaran kepada orang Belanda. Orang Belanda tahu bahwa idul fitri merupakan hari raya keagamaan sehingga mereka memberika kue-kue yang biasa disantap oleh orang-orang Eropa ketika merayakan hari raya umat nasrani. Ketika hari raya natal tiba biasanya bangsawan pribumi akan memasak makanan khas Indonesia. Makanan yang dimasukan ke dalam hantaran biasanya merupakan makanan besar seperti gulai, sate dan kue-kue tradisional lainnya yang biasa dihidangkan di acara-acara besar.

 

 

 

 

Sumber : Sumber : Antara dan Ecka Pramita dalam http://Cantika.com


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka