Siapa Mat Peci? Kisah Kelam Begal Legendaris Leuwigoong yang Bikin Warga Garut Ketar-Ketir
Nama Mat Peci tersimpan sebagai sosok begal yang membuat banyak orang Garut hidup waspada, sekaligus meninggalkan kisah kelam di Leuwigoong.
Kisah Mat Peci sering terdengar sebagai legenda kelam di Garut, namun dengan mengetahui riwayatnya dapat membantu kamu untuk melihat bagaimana sosok tersebut menjadi ketakutan banyak orang di masa lalu. Cerita ini menunjukkan perubahan hidup Mamat sebelum dikenal luas sebagai Mat Peci.
Baca juga: Koruptor Pertama Indonesia yang Divonis Hukuman Mati
Asal-usul Mat Peci
Mamat bin Sutomo yang lahir di Leuwigoong pada 1943 berasal dari keluarga terpandang, namun ia dikenal sebagai Mat Peci karena selalu menggunakan peci hitam ke mana pun ia pergi. Kehidupan awalnya berlangsung normal hingga perjalanan kisah cintanya dengan Euis yang tidak direstui oleh keluarga.
Setelah patah hati, ia merantau ke Bandung dan bekerja sebagai calo tiket bioskop di kawasan Cicadas, tetapi pendapatannya tidak cukup untuk memperbaiki keadaan hidupnya. Lingkungan keras Cicadas mendorongnya bergaul dengan para preman hingga akhirnya terjerumus ke dunia kejahatan.
Mat Peci dan Aksi Kriminalnya
Masuknya Mat Peci ke dunia kriminal membuatnya keluar-masuk penjara, serta ia semakin percaya diri setelah mempelajari ilmu kebal selama berada di balik jeruji. Kepercayaan tersebut membuatnya nekat untuk melakukan berbagai perampokan berdarah di Bandung, Cirebon, hingga daerah lainnya.
Aksi paling menggemparkan terjadi pada 1977 dan 1978 ketika ia menembak mati korban untuk merampas uang di pusat Kota Bandung, sehingga polisi membentuk tim khusus untuk memburunya. Tindakan brutal tersebut membuat masyarakat resah hingga aparat penegak hukum semakin meningkatkan pengejaran.
Akhir Tragis Mat Peci
Perjalanan pelariannya membawa Mat Peci kembali bertemu dengan Euis di kawasan pelacuran Cicadas, hingga keduanya sempat merencanakan pernikahan setelah mengunjungi Danau Cangkuang. Namun, polisi yang menyamar telah mengintainya hingga ia memutuskan untuk melarikan diri menuju kampung halamannya.
Dalam kondisi luka setelah meloncat dari kereta, Mat Peci berjalan melintasi pematang sawah hingga bertemu dengan warga yang mengenalinya, lalu melapor kepada aparat desa. Banpol Entik dan Sersan Bana mencegatnya dekat Stasiun Leuwigoong sebelum akhirnya Mat Peci tewas pada 4 Februari 1978.
Jadi Warginet, kisah Mat Peci meninggalkan jejak kelam yang membuat kita lebih memahami bagaimana sebuah pilihan hidup dapat mengubah nasib seseorang secara drastis. Semoga cerita ini dapat membantu kamu untuk melihat kembali pentingnya kehati-hatian serta nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.