Yusuf Tauziri, Ulama Garut yang Dimusuhi Karena Sikap Setianya pada RI
Kiai Haji Yusuf Tauziri ialah pahlawan sekaligus Ulama di Garut yang memiliki jasa dan kesetiannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bupati Garut Rudy Gunawan sangat mengingat jasa Kiai Haji Yusuf Tauziri karena kesetiannya. Bahkan namanya kinni menjadi pahlawan lokal yang ditabalkan sebagai nama jalan di Kabupaten.
Dukungan atau kesetiaan yang dilakukan oleh Yussuf Tauziri ketika berkonflik dengan kerajaan Belanda 1946-1949. Kondisi tersebut tidak disukai pemimpin DI/TII. S.M. Kartosoewirjo.
Terdapat tiga hal yang membaut Yusuf adanya permasalah dengan Kartosoewirjo.
1. Taktik melawan belanda
2. Konsepsi negara islam
3. sikap politik terhadap perjanjian Renville.
Yusuf melihat Kartosoewirjo tidak lugas dan lebih mengandalkan sikap keras kepala nya. Padahal sebelumnya hubungan anatara keduanya sangat dekat.
Dilansir dari merdeka.com, kedekatan Yusuf dengan Kartosoewirjo terjalin kala keduanya aktif di Dewan Sentral PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) pada 1931-1938.
Namun, kekesalan dan perpecahan muncul pada saat diberlakukannya perjanjian Rencille 17 Januari 1948. Kendati tak menyetujui kesepakatan yang dia anggap terlalu merugikan pihak RI, Yusuf tetap 'menerima' sikap pemerintah RI dengan kebesaran jiwa dan sikap loyal kepada kepemimpinan Sukarno. Termasuk merestui Lasykar Darussalam pimpinan salah seorang putranya.
Yusuf diam-dia menyimpan sebagian besar kekuatan Lasykar Darusaalam membiarkan pasukan pesnatren dilatih kemiliteran oleh Belanda selama di Jawa Barat secara resmi ditinggalkan Republik. Dengan mengikuti pelatihan militer tersebut, sang ajeungan berharap kemampuan dan pengalaman para santri-nya semakin mumpuni.
Kartosoewirjo yang juga menolak mentah-mentah Perjanjian Renville dan hijrah ke Yogyakarta, menilainya sebagai suatu bentuk pengkhianatan dari kawan sejawat. Dia menilai secara radikal jika Ajengan Yusuf telah bekerjasama dengan Belanda.
Yusuf menilai sikap Kartosoewirjo sebagai bughat (pembangkangan terhadap pemerintah yang sah).Meskipun keduanya menolak perjanjian Renvile, namun Yusuf mengencam sikap Kartosoewwirjo menganggap RI sudah tida ada dengan langsug membentuk DI/TII.
Apalgi disaat Kartosewirjo melakukan kekerasan sampai pemerasan, Yusuf disana semakin memutuskan untuk melawan sahadat dekatnya sendiri.
Jadi intinya, kesetiaan Yusuf Tauziri terlihat jelas dalam sikapnya yang menentang keras gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Meskipun awalnya berteman, mereka berbeda jalan karena Kartosoewirjo mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang dianggap bertentangan dengan konsep NKRI yang sah.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.