Amanat Gunung Galunggung


[Illustration : volcano.si.edu]

Amanat Gunung Galunggung merupakan nama dari sekumpulan naskah yang ditemukan di Situs Kabuyutan Ciburuy, Bayongbong. Nama Amanat Gunung Galunggung ini diberika oleh Saleh Danasismata yang merupakan seorang tokoh sejarawan Sunda. Naskah Amanat Gunung Galunggung diperkirakan di tulis pada abad 16, naskah ini bertuliskan aksara Sunda kuno dan juga ditulis diatas daun lontar dan juga daun nipah.

Naskah Amanat Gunung Galunggung ini diperkirakan lebih tua dari naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Naskah Amanat Gunung Galunggung menarik perhatian para tokoh Belanda seperti K.F.Holle, Pleyte dan Brandes yang tertarik pada budaya Sunda. Tokoh Belanda seperti K.F Holle dan Pleyte menyebut Amanat Gunung Galunggung sebagai pseudo-padjadjaransche kroniek. Amanat Gunung Galunggung ini mengisahkan tentang amanat dan pelajaran agama yang disampaikan oleh Rakeyan Darmasiksa.

Selain itu, naskah ini juga menceritakan usaha Rakean Damasiksa yang membuka wilayah Gunung Galunggung. Naskah ini juga berisakan petuah hidup dan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti. Di dalam naskah Amanat Gunung Galunggung ini kemudian diceritakan fungsi lain dari Kabuyutan Ciburuy bukan hanya sebagai tempat pemujaan, Kabuyutan Ciburuy merupakan sebuah penopang integritas terhadap negara Padjadjaran dan juga sebagai tempat yang disakralkan oleh para Raja-Raja Padjajaran.

Sebagai naskah kuno tentu saja naskah Amanat Gunung Galunggung Ini memiliki banyak petuah yang dijadikan sebagai nilai-nilai kehidupan oleh masyarakat pada saat itu. Nasihat-nasihat dalam naskah Amanat Gunung Galunggung diantaranya:

  1. Orang-orang yang keras kepala yakni orang yang ingin menang sendiri, tidak mau mendengar nasihat orang tuanya, tidak mengindahkan ajaran patikrama atau ajaran moral disamakan dengan pucuk alang-alang yang memenuhi tegal.

  2. Peliharalah kesempurnaan agama, pegangan hidup semua.

  3. Perilaku negatif yang dilarang diantaranya jangan mengganggap diri yang paling benar, paling lurus (palik baik), berbohong, jangan menikah dengan saudara, jangan membunuh yang tidak berdosa, jangan merampas hak orang lain dan jangan saling mencurigai.

  4. Jangan memarahi orang yang tidak bersalah, jangan tidak berbakti kepada leluhur yang telah mampu mempertahankan tanah airnya.

  5. Orang-orang yang mendengar nasihat leluhurnya akan tentram hidupnya dan berjaya

  6. Orang yang melanggar aturan, tidak tahu batas, tidak menyadari akan nasihat para leluhurnya akan sulit diobati sebab diserang oleh musuh yang halus.

  7. Perilaku yang dianjurkan : Harus cekatan, terampil, tulus hatinya, rajin dan tekun, tangkas, bersemangat, teliti, penuh keutamaan,periwra serta berani. Seseorang yang memiliki semua sifat tersebut merupaka seseorang yang berhasil dalam tapanya.                                                                                                                                                          Sumber : historiana


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka

  • Oleh Alya zihan nadira
  • 09, Sep 2024
Tari Topeng Cirebon: Ekspresi Seni dan Mistisisme