Carita Parahyangan, Naskah Kuno yang Menuliskan Asal-Usul Tanah Sunda


Carita Parahyangan merupaka naskah Sunda kuno yang ditulis pada akhir abad 16, naskah ini menceritakan sejarah Tanah Sunda terutama kekuasaan dua kerajaan Sunda yakni Keraton Galuh dan Keraton Pakuan, carita Parahyangan ini ditulis dalam aksara Sunda Kuno. Secara garis besar Carita Parahyangan ini menceritakan tentang kerajaan-kerajaan Sunda yang kemudian mengalami jatuh-bangun, penggabungan, masa kejayaan hingga masa keruntuhannya.

Naskah Carita Parahyangan juga menceritakan penyebab pergantian raja di Tanah Sunda, menurut Carita Parahyangan ada beberapa alasan mengapa Raja-Raja di Kerajaan Sunda silih berganti seperti salah perilaku (gering lampah), senang merusak ( lantaran polahna resep ngarusak nu tapa), sebab buruk kelakuannya yang selalu mengambil wanita dengan memperalat wanita lain (salah lampah daek ngala awewe ku awewe), sering membunuh orang tanpa dosa (mindeng maehan jalmma tanpa dosa), merampas hak orang tanpa perikemanusiaan (ngarampas tanpa rasrasan) , tidak menghormati orang tua (hanteu hormat ka kolot), menghina kaum pandira (menghina kaum agamawan).

Naskah Carita Parahyangan ini juga menceritakan tentang perang bubat di mana Prabu Maharaja yang merupakan anak dari Aki Kolot yang berperang di Majapahit. Kemudian naskah ini juga menceritakan Prabu Surawisesa yang merupakan putra dari Ratu Jayadewata yang menjadi pewaris takhta Kerajaan Sunda, namun Prabu Surawisesa mewarisi Kerajaan Sunda di saat yang tidak menguntungkan karena adanya pemberontakan di beberpa wilayah Kerajaan Sunda yakni Banten, Sunda Kalapa dan Cirebon.

Disebut di dalam naskah ini bahwa Prabu Surawisesa menjabat selama 14 tahun dan memimpin perang sebanyak 15 kali dan juga sebagi Panglima Tinggi yang memimpin 1000 prajurit. Naskah ini juga menyebutkan berbagai tempat yang ada di pulau Jawa seperti Ancol, Kuningan, Cirebon, Kerajaan Galuh, Gunung Galunggung, Pelabuhan Sunda Kalapa, Kerajaan Malayu, Pajajaran, Parahiyangan, Gunung Puntang hingga Wiru.

Naskah Carita Parahyangan juga menuliskan syarat-syarat menjadi Raja di Kerajaan Sunda seperti sehati jasmani dan Rohani, memiliki kekuatan atau keterampilan yang dapat menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan manusia lain, pendidikan yang akan memengaruhi pengambilan kebijakan dan juga membuktikan kehebatan sang guru dalam mendidik siswanya dan yang terakhir musyawarah sebagai jalan mencapai kesepakatan dalam mengambil keputusan.

 

Sumber : Agus Heryana dalam Jurnal Patanjala


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka