Beranda Kisah Awal Kejayaan Pakuan Pajajaran di Bawah Kepemimpinan Prabu Siliwangi

Kisah Awal Kejayaan Pakuan Pajajaran di Bawah Kepemimpinan Prabu Siliwangi

12 jam yang lalu - waktu baca 2 menit
Source: Wikipedia

Zaman keemasan Pakuan Pajajaran, pusat pemerintahan Kerajaan Sunda-Galuh, dimulai pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja, sosok legendaris yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi. Ia memerintah selama hampir empat dekade, dari tahun 1482 hingga 1521 M, menjadikan masa pemerintahannya sebagai salah satu yang paling stabil dan berpengaruh dalam sejarah tanah Pasundan.

Dua Kali Dinobatkan sebagai Raja

Berdasarkan Prasasti Batutulis yang terkenal, tercatat bahwa Sri Baduga Maharaja menerima penobatan sebagai raja sebanyak dua kali. Pertama kali, ia naik tahta dengan gelar Prabu Guru Dewataprana. Ini menunjukkan betapa kuatnya posisi beliau dalam struktur kerajaan, sekaligus mengisyaratkan adanya transisi kekuasaan yang penting pada masa itu.

Darah Bangsawan dari Kawali, Ciamis

Lahir pada tahun 1401 M di Kawali, Ciamis, Sri Baduga merupakan putra dari Maha Prabu Niskala Wastu Kancana, raja besar dari dinasti Galuh. Sejak kecil, ia telah menunjukkan bakat kepemimpinan dan keteguhan hati. Dalam masa mudanya, ia dikenal dengan nama Raden Pamanah Rasa, yang kemudian diasuh oleh Ki Gedeng Sindangkasih, seorang tokoh penting pelabuhan Muara Jati di kawasan Singapura (kini bagian dari wilayah Cirebon).

Baca Juga: 4 Mei 1947: Proklamasi Negara Pasundan oleh Eks Bupati Garut

Makna di Balik Nama Siliwangi

Nama "Siliwangi" sendiri memiliki arti mendalam. Berasal dari gabungan kata “Silih” dan “Wawangi”, yang bisa dimaknai sebagai “pengganti Prabu Wangi” — gelar kehormatan bagi leluhur yang sangat dihormati di kalangan bangsawan Sunda.

Dalam Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2, disebutkan bahwa masyarakat Sunda memandang Prabu Siliwangi sebagai penerus spiritual dan simbolis dari Prabu Wangi Wastu Kancana, meskipun secara silsilah ada perbedaan yang tidak terlalu ditekankan oleh masyarakat kala itu.

Kesalahpahaman Genealogis dan Penegasan Legitimasi

Dalam Cerita Parahiyangan, Wastu Kancana disebut sebagai "seuweu" (keturunan) dari Prabu Wangi, dan Sri Baduga dianggap penerus langsung garis ini. Sumber lain, seperti Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/4, menjelaskan bahwa hanya Sri Baduga yang menyandang gelar “Maharaja”, menyamai kedudukan kakeknya.

Sementara ayah dan mertuanya, yakni Dewa Niskala dan Susuktunggal, hanya bergelar “Prabu”. Hal ini menandakan betapa tinggi posisi dan legitimasi Sri Baduga sebagai pemimpin besar.

Baca Juga: Menyusuri Jejak Rel yang Terlupakan: Napak Tilas ke Stasiun Bayongbong Garut

Puncak Kejayaan Pakuan Pajajaran

Di bawah kepemimpinan Prabu Siliwangi, Pakuan Pajajaran di wilayah yang kini menjadi Bogor mencapai puncak kejayaannya. Ia dikenal sebagai raja yang bijaksana, mencintai rakyatnya, dan sangat menghargai nilai-nilai adat serta spiritualitas. Di masa ini pula, tata pemerintahan, pengelolaan wilayah, dan kekuatan militer Sunda mengalami kemajuan pesat.

Penutup

Prabu Siliwangi tidak hanya dikenang sebagai tokoh sejarah, tetapi juga menjadi simbol kejayaan budaya Sunda. Kisahnya menjadi inspirasi lintas generasi, mengajarkan tentang kebijaksanaan, kesetiaan pada tanah air, dan pentingnya warisan nilai luhur dalam membangun peradaban.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.