Menyusuri Jejak Rel yang Terlupakan: Napak Tilas ke Stasiun Bayongbong Garut
Pada 29 April 2025, tim InfoGarut menelusuri kembali jejak sejarah yang terlupakan: Jalur kereta api nonaktif Cikajang–Garut, tepatnya menuju lokasi Stasiun Bayongbong yang berada di Desa Mulyasari, Kecamatan Bayongbong, Garut – Jawa Barat. Stasiun ini masuk dalam wilayah penjagaan aset milik KAI di bawah koordinasi Aset II Bandung.
Stasiun Bayongbong yang berada di ketinggian 997 MDPL ini merupakan bagian dari proyek ambisius jalur kereta api pegunungan yang dibangun bersamaan dengan pengembangan rel Garut–Cikajang.
Tujuannya tak hanya untuk menaklukkan tantangan alam yang ekstrem, tetapi juga menyambungkan titik-titik ekonomi penting di Garut, khususnya kawasan Cikajang yang dulunya dikenal sebagai pusat produksi dan distribusi hasil bumi. Catatan sejarah menyebutkan stasiun ini mulai beroperasi pada 1 Agustus 1930.
Di masa jayanya, terutama hingga dekade 1980-an, stasiun ini menjadi titik keramaian. Warga dari berbagai penjuru memanfaatkan layanan kereta untuk bepergian maupun mengangkut barang. Namun pada 1982, roda-roda kereta perlahan berhenti berputar di jalur ini. Usia infrastruktur yang menua serta hadirnya kendaraan pribadi dan transportasi umum yang lebih fleksibel membuat rel ini ditinggalkan.
Baca Juga: Stasiun Kamojan - Jejak Transportasi Kolonial hingga Kini Jadi Rumah Kontrakan
Padahal, panorama sepanjang jalur ini begitu memukau. Tak heran jika para railfans mancanegara pernah menjadikan rute ini sebagai destinasi favorit untuk menyaksikan atraksi lokomotif uap yang melintasi perbukitan dan lembah.
Sayangnya, kini bangunan Stasiun Bayongbong telah beralih fungsi menjadi gudang hingga kandang ayam oleh warga sekitar. Belum ada tanda-tanda reaktivasi sampai ke titik ini, karena saat ini upaya reaktivasi jalur baru menjangkau wilayah Garut. Namun, ada wacana bahwa jalur Garut–Cikajang akan kembali dihidupkan dalam tahap kedua proyek reaktivasi jalur Cibatu–Cikajang.
Akankah Stasiun Bayongbong kembali bernapas dan menyambut deru lokomotif seperti dahulu? Waktu yang akan menjawabnya. Yang jelas, meski tertutup debu waktu dan pergeseran zaman, warisan perkeretaapian Garut masih menyisakan jejak yang layak dikenang—dan semoga, dihidupkan kembali.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.