Kisah Mat Peci Begal Garut yang Diangkat Jadi Lagu oleh Bendi Harmoni


Kisah Mat Peci, seorang begal yang keberadaannya begitu meresahkan karena akso-aksi krimimalnya, ternyata diangkat menjadi sebuah lagu oleh band Bendi Harmoni. Bendi Harmoni adalah kelompok pengusung aliran folk steady yang hadir menjadi buah bibir bagi penggiat skena kota Bandung. Musiknya unik dibalut jamaican sound bersahutan dengan musik folk menambah kesyahduan ketika mendengarkannya.

Bendi Harmoni mengeluarkan lagu berjudul Mat Peci yang terinspirasi dari kisah Mamat alias Mat Peci, pria kelahiran Leuwigoong, Garut. Mat Peci berasal dari keluarga terpandang. Di kampungnya, ia memiliki kekasih bernama Euis. Namun, keluarga Euis tidak merestui hubungan mereka. Mat Peci merasa sedih, akhirnya ia putuskan untuk merantau ke Bandung. 

Dalam menceritakan kisahnya, Bendi Harmoni menuliskannya menjadi, “Inilah kisah dari jalanan tentang seorang pemuda terpandang. Cinta tak direstui, dia tetapkan hati pergi merantau unjukan diri”.

Mat Peci pergi ke Bandung kemudian menjadi calo karcis tiket bioskop, tetapi penghasilannya kurang memuaskan. Ia pun mencari cara lain untuk meningkatkan taraf hidupnya. Ia memilih menjadi seorang penjahat. Mat Peci sudah bersahabat dengan jeruji penjara, berkali-kali ia bolak-balik penjara, tetapi tidak memberikan rasa jera. Mat Peci bahkan mempelajari ilmu-ilmu hitam dari sesama tahanan. 

Di Bandung, ia bertemu kembali dengan Euis di rumah prostitusi yang terletak di Cicadas. Mereka kembali memadu kasih bahkan Mat Peci berjanji akan menikahi Euis dan mengeluarkan Euis dari rumah prostitusi tersebut.

Bendi Harmoni dalam liriknye menyebutkan, “Pergi ke kota menjadi mafia dengan ilmu yang dimilikinya, padahal ia sedang bercinta dengan kekasih masa kecilnya”

Selanjutnya, awal tahun 1978 menjadi akhir dari kejahatan dari Mat Peci. Satu per satu temannya diciduk polisi. Mat Peci kabur dan pulang ke kampungnya. Di perjalanan, di stasiun Leuwigoong, Mat Peci yang sedang melamun sembari mengingat masa lalunya, ia tidak sadar dengan kehadiran intelejen yang sedang memburunya. Akibatnya, terjadi baku tembak yang sengit, tetapi Mat Peci kalah. Ia tewas ditembak 14 butir peluru. Ini menjadi kisah akhir dari Mat Peci.

“Perintah tembak mati tak lama menghampiri untuk sang buron paling dicari…Kijang satu.. kijang satu. Melaporkan bahwa saudara Mat Peci telah bisa dilumpuhkan, kota Bandung kini menjadi aman. Sekian laporan terima kasih.” Bendi Harmoni menutup lagunya dengan suara rekaman itu.


0 Komentar :

    Belum ada komentar.