Mengapa 7 Mei Penting bagi Indonesia? Inilah Sejarah Perundingan Roem-Royen
Tiap tanggal 7 Mei, Indonesia mengenang salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan: Perundingan Roem-Royen. Peristiwa diplomatik ini menjadi titik balik yang krusial, memungkinkan pemerintahan Indonesia kembali berjalan setelah sempat lumpuh akibat Agresi Militer Belanda II.
Latar Belakang Perundingan
Perundingan ini berlangsung sejak 17 April hingga 7 Mei 1949 dan mencapai puncaknya dengan penandatanganan kesepakatan pada 7 Mei di Hotel Des Indes, Jakarta. Nama Roem-Royen sendiri berasal dari dua tokoh penting yang memimpin delegasi masing-masing negara: Mohammad Roem dari pihak Indonesia dan J.H. van Roijen dari delegasi Belanda.
Dialog ini muncul sebagai respons atas kondisi politik dan militer yang tegang saat itu. Belanda pada 19 Desember 1948 melancarkan serangan besar dengan merebut Yogyakarta, ibu kota sementara Indonesia, dalam sebuah operasi militer yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Tindakan ini secara terang-terangan melanggar kesepakatan sebelumnya, yaitu Perjanjian Renville.
Baca Juga: 4 Mei 1947: Proklamasi Negara Pasundan oleh Eks Bupati Garut
Aksi Balasan: Serangan Umum 1 Maret
Sebagai bentuk perlawanan, Indonesia melancarkan Serangan Umum 1 Maret 1949 yang berhasil merebut kembali Yogyakarta, meski hanya untuk beberapa jam. Namun, aksi heroik ini memiliki dampak luar biasa: menunjukkan eksistensi nyata Republik Indonesia dan membuka mata dunia terhadap agresi Belanda.
Tekanan internasional pun meningkat. Negara-negara sahabat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak agar Belanda dan Indonesia segera duduk bersama dalam perundingan yang adil dan serius.
Isi Kesepakatan Roem-Royen
Hasil perundingan Roem-Royen kemudian dirumuskan dalam tiga poin utama:
-
Penghentian aksi militer dari kedua belah pihak dan upaya bersama dalam menjaga keamanan nasional.
-
Pemulihan pemerintahan Indonesia di Yogyakarta, termasuk pengembalian wewenang administratif kepada Republik Indonesia.
-
Penyelenggaraan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag sebagai langkah lanjutan dalam proses pengakuan kedaulatan Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga mengajukan syarat agar Belanda menarik pasukannya dari wilayah Yogyakarta. Permintaan ini disetujui, dan proses pengosongan dilakukan secara bertahap mulai 2 Juni 1949, di bawah pengawasan langsung dari United Nations Commission for Indonesia (UNCI).
Perundingan Roem-Royen bukan sekadar kesepakatan di atas kertas, melainkan tonggak penting dalam memperkuat posisi diplomasi Indonesia di mata dunia. Tanggal 7 Mei pun dikenang sebagai hari di mana diplomasi berhasil menyelamatkan kemerdekaan yang nyaris hilang karena kekerasan bersenjata.
Sebagai generasi penerus, penting bagi kita untuk mengenang dan memaknai setiap momen perjuangan bangsa, termasuk peristiwa bersejarah ini yang memperlihatkan kekuatan kata-kata dan negosiasi dalam merebut kembali hak berdaulat sebagai bangsa merdeka.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.