ADVERTISEMENT
Beranda Menanti Hidup Kembali: Jejak Megah Stasiun Cikajang yang Tertinggi di Asia Tenggara

Menanti Hidup Kembali: Jejak Megah Stasiun Cikajang yang Tertinggi di Asia Tenggara

1 hari yang lalu - waktu baca 3 menit
DOK. InfoGarut

Pemerintah akan segera melakukan reaktivasi untuk Stasiun Cikajang. Sebelum kini mati suri, stasiun yang satu ini juga diklaim menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.

Di tengah geliat pembangunan transportasi di Indonesia, kabar menggembirakan datang dari selatan Garut: Stasiun Cikajang akan direaktivasi. Bagi masyarakat Garut dan sekitarnya, nama stasiun ini bukanlah hal asing. Meski kini tertidur dalam sunyi, Stasiun Cikajang pernah menjadi nadi pengangkutan hasil bumi dan kebanggaan warga setempat, bahkan disebut sebagai stasiun tertinggi di Asia Tenggara.

Lokasi Strategis dan Sejarah Panjang

Terletak di Desa Padasuka, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, stasiun ini berjarak sekitar 21 kilometer dari pusat kota Garut. Dibangun pada era kolonial oleh Staatsspoorwegen (SS) pada tahun 1926, Stasiun Cikajang mulai beroperasi secara resmi pada 1 Agustus 1930. Kala itu, fungsinya sangat vital sebagai titik pengangkutan hasil pertanian dari kawasan pegunungan Garut ke berbagai penjuru Jawa Barat.

Tak hanya barang, kereta api dari dan menuju Cikajang juga mengangkut penumpang. Rute andalan saat itu adalah Cibatu–Garut–Cikajang, menggunakan rangkaian kereta Kelas III seri CL. Gerbongnya memiliki konfigurasi tempat duduk memanjang dalam tiga baris: dua di sisi jendela dan satu di tengah.

Jadwal perjalanan saat itu cukup padat. Kereta berangkat pukul 06.04 dari Stasiun Cibatu, tiba di Garut pada 06.58, dan melanjutkan perjalanan ke Cikajang hingga pukul 08.25. Bahkan, pada tahun 1935 terdapat hingga lima perjalanan harian untuk rute Cibatu-Garut, serta enam kali perjalanan dari Cibatu ke Cikajang.

Baca Juga: Menyusuri Jejak Rel yang Terlupakan: Napak Tilas ke Stasiun Bayongbong Garut

Kemunduran dan Penutupan

Sayangnya, masa keemasan ini tak berlangsung selamanya. Di awal 1980-an, jalur Cibatu–Garut–Cikajang secara bertahap ditutup. Garut–Cikajang dihentikan pada November 1982, disusul penutupan jalur Cibatu–Garut enam bulan kemudian.

Keputusan ini diambil karena operasional kereta api dianggap tidak lagi ekonomis. Penurunan jumlah penumpang, menipisnya volume angkutan barang, serta kendala teknis seperti keterbatasan lokomotif yang sudah uzur membuat jalur ini tak sanggup lagi bersaing.

Sisa Kejayaan yang Masih Berdiri

IMG-20250430-WA0012.jpgPerbesar +

Meskipun telah berhenti beroperasi selama lebih dari empat dekade, jejak Stasiun Cikajang masih tampak nyata. Tim InfoGarut yang melakukan penelusuran mendapati bahwa bangunan utama stasiun masih berdiri, walau dalam kondisi terbengkalai.

Bangunan sepanjang 50 meter ini berwarna putih, kini tertutup semak dan tanaman liar. Mural dan coretan memenuhi dinding luar, sementara bagian dalam dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat penyimpanan barang-barang bekas. Meski begitu, aura sejarah masih terasa kuat, dengan adanya ukiran “Station Tjikadjang” dan angka-angka penanda seperti ‘CKJ 801, 47+ 214 1930-1982’ yang terukir di pintu belakang bangunan.

Masa Depan: Reaktivasi yang Dinanti

Reaktivasi Stasiun Cikajang menjadi harapan baru bagi warga Garut dan pencinta sejarah transportasi. Jika berhasil dihidupkan kembali, jalur ini bukan hanya akan menghubungkan wilayah selatan Garut dengan dunia luar, tetapi juga menjadi simbol kejayaan masa lalu yang kembali bersinar.

Apakah Stasiun Cikajang akan kembali menjadi saksi geliat ekonomi dan budaya masyarakat Garut? Kita nantikan langkah selanjutnya dari pemerintah dalam mewujudkan harapan ini.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.