Nyate, Tradisi Menjalin Kebersamaan di Momen Idul Adha Ala Urang Sunda


Hari raya Idul Adha merupakan momen istimewa yang paling ditunggu oleh umat Muslim. Selain menjadi momentum yang tepat untuk saling berbagi, tradisi perayaan Idul Adha juga bisa menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan. Salah satunya dengan tradisi Nyate. 

Sejarah Tradisi "Nyate"

1504596597376.jpg

Menurut sejarahnya, tradisi Nyate ini ternyata sudah ada sejak abad ke-19, bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab ke Indonesia. Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab. 

Dalam tradisi umat Muslim di Indonesia, Nyate menjadi agenda perayaan selepas shalat Idul Adha. Masyarakat biasanya ramai-ramai membuat sate bersama sanak keluarga di waktu sore menjelang malam. 

Filosofi di Balik Tradisi "Nyate"

Belum ada keterangan pasti sejak kapan tradisi Nyate ini melekat dalam kehidupan masyarakat. Namun, terdapat filosofi mendalam di balik tradisi Nyate. Pertama , hampir semua barang-barang yang diperlukan untuk menunjang proses nyate, diambil dari perkakas sederhana. Seperti hihid, arang, tusukan bambu, dan alat pemanggangnya. Ini merupakan wujud kesederhanaan dari kehidupan. 

Selain itu, sate sendiri sarat dengan makna kebersamaan. Menyajikan sate dari awal sampai akhir memerlukan proses panjang yang tak cukup jika hanya dikerjakan oleh satu orang. Dari mulai memotong daging, menyiapkan bumbu, hingga proses pembakaran dan penyajian. 

Sate juga merupakan salah satu hidangan yang lebih enak jika dinikmati bersama. Kebersamaan dalam tradisi ini menjadi pengikat silaturahmi yang menyatukan kedekatan kita bersama orang terkasih. 

 

Data: Diolah dari berbagai sumber

 

 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka