Tradisi Pawai Obor dalam Menyambut Bulan Ramadan


[Illustration : https://id.pinterest.com/pin/337558934541696547/]

Tradisi pawai obor merupakan tradisi yang dilakukan di berbagai macam perayaan, tidak hanya dilaksanakan ketika menyabut hari raya 1 Muharram atau tahun baru islam acara pawai obor juga dilaksanakan pada saat menyambut bulan Ramadan. Pawai obor biasanya diikuti oleh anak-anak hingga remaja dan biasanya rute pawai obor ini hanya mengelilingi desa.

Tradisi pawai obor di tanah sunda ini bertujuan untuk menyambung silaturahmi karena di dalam bahasa Sunda terdapat istilah pareum obor. Pareum obor berarti tidak mengenal satu sama lain dikarenakan terputusnya tali silaturahmi sehingga pawai obor ini merupakan mencegah putusnya tali silaturahmi. Obor yang menyala ini merupakan simbol dari silaturahmi yang terus tersambung,

Pawai obor juga memberikan kegembiraan pada masyarakat dan peserta pawai obor karena masyarakat bisa bertemu satu sama lain dan bercengkrama bersama. Selain itu, mengelilingi desa merupakan aktivitas yang menyenangkan apabila dilakukan bersama-sama dan membentuk sebuah rombongan ditambah membawa obor menyala sehingga suasana terasa hangat dan ramai.

Ketika berpawai sembari melantunkan selawat dan takbir para peserta berjalan perlahan dan menjaga jarak satu sama lain sehingga pawai ini berjalan dengan tertib dan aman. Untuk memeriahkan acara pawai obor ini biasanya diadakan pelombaan yakni untuk barisan yang paling tertib dan paling rapih akan mendapatkan hadiah menarik.

Adanya pawai obor ini memunculkan para penjual obor dadakan, obor yang siap pakai ini biasa dijual dengan harga Rp.7000. Pawai obor ini menjadi berkah bagi mereka yang menjual obor dadakan karena obor ini pasti habis dibeli oleh masyarakat yang ingin mengikuti pawai obor.

Pawai obor ini merupakan simbol kebahagiaan dan kegembiraan karena umat islam harus menyambut Ramadan dengan gembira dan siap untuk menjadi lebih baik di bulan yang penuh rahmat dan berkah ini.

 

Sumber : Fathurrosi, Tradisi Pawai Obor dalam Menyambut Ramadan dalam Jurnal Progressio 2020 


0 Komentar :

    Belum ada komentar.

Mungkin anda suka