Beranda Biografi Mohammad Hatta, Sang Proklamator dengan Pemikiran Besar tentang Keadilan Sosial

Biografi Mohammad Hatta, Sang Proklamator dengan Pemikiran Besar tentang Keadilan Sosial

5 bulan yang lalu - waktu baca 4 menit

Mohammad Hatta, lebih dikenal sebagai Bung Hatta, adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Ia bukan hanya seorang negarawan dan ekonom, tetapi juga seorang pemikir yang memimpikan Indonesia merdeka dan sejahtera. Sebagai proklamator bersama Soekarno, Hatta menandatangani teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sosok Hatta dikenal sebagai “Bapak Koperasi” karena kontribusinya dalam memajukan ekonomi rakyat berbasis koperasi.

 

Masa Kecil dan Pendidikan

Mohammad Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat, dari keluarga yang cukup terpandang di Minangkabau. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, seorang ulama, meninggal ketika Hatta masih kecil. Ia kemudian diasuh oleh ibunya, Siti Saleha. Pendidikan dasar Hatta dimulai di ELS (Europese Lagere School) di Bukittinggi, lalu melanjutkan ke MULO di Padang. Kecerdasannya yang menonjol sejak kecil membuat Hatta berhasil melanjutkan studi ke negeri Belanda pada 1921.

 

Di Belanda, Hatta belajar di Sekolah Tinggi Ekonomi di Rotterdam. Selain belajar, ia aktif dalam organisasi pergerakan pemuda Indonesia di Belanda yang disebut Perhimpunan Indonesia (PI). Di sinilah semangat nasionalisme Hatta semakin menguat. Bersama para mahasiswa Indonesia lainnya, Hatta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui jalur politik. Ia meyakini bahwa kemerdekaan harus dicapai melalui perjuangan damai dan diplomasi.

 

Aktivitas Politik dan Nasionalisme

Sebagai seorang mahasiswa di Belanda, Hatta tidak hanya belajar ekonomi tetapi juga memperdalam pemikirannya tentang sosialisme dan keadilan sosial. Ia kemudian terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia pada 1926. Pada masa kepemimpinannya, Hatta menegaskan bahwa tujuan utama organisasi ini adalah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia secara total dari penjajahan Belanda.

 

Pada 1927, Hatta dan sejumlah aktivis Perhimpunan Indonesia ditangkap oleh pemerintah Belanda karena dianggap terlibat dalam kegiatan anti-kolonial. Namun, Hatta menggunakan kesempatan tersebut untuk berargumen bahwa perjuangannya adalah demi hak bangsa Indonesia untuk merdeka, bukan tindakan subversif. Setelah persidangan di Den Haag, ia akhirnya dibebaskan dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

 

Kembali ke Indonesia dan Perjuangan Kemerdekaan

Setelah menyelesaikan studinya, Hatta kembali ke Indonesia pada 1932. Di tanah air, ia bergabung dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) Baru, partai yang menolak kerjasama dengan Belanda. Aktivitas politiknya membuat Hatta ditangkap oleh pemerintah kolonial Belanda dan diasingkan ke Boven Digoel, Papua, pada 1934, lalu dipindahkan ke Banda Neira, Maluku, bersama Sutan Sjahrir. Pengasingan ini tidak memadamkan semangat perjuangannya. Justru di tempat yang terpencil itu, Hatta memperdalam pemikirannya tentang kemerdekaan dan sosialisme Indonesia.

 

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Hatta bersama Soekarno terlibat dalam berbagai upaya untuk mempersiapkan kemerdekaan. Jepang, yang kala itu kalah dalam Perang Dunia II, berjanji akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia. Namun, janji ini penuh kepentingan politik dan memicu ketidakpercayaan dari para pejuang.

 

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Mereka berdua menandatangani teks Proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno. Peristiwa ini menjadi titik awal sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah itu, Hatta diangkat sebagai wakil presiden pertama Indonesia mendampingi Presiden Soekarno.

 

Kontribusi dalam Bidang Ekonomi dan Koperasi

Sebagai seorang ekonom, Hatta memiliki pandangan yang kuat mengenai pembangunan ekonomi rakyat yang berbasis pada koperasi. Baginya, koperasi adalah bentuk ekonomi yang paling cocok untuk masyarakat Indonesia yang berlandaskan pada gotong royong. Dalam pidato-pidatonya, Hatta sering mengemukakan bahwa ekonomi Indonesia harus berlandaskan kesejahteraan bersama, bukan kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang.

 

Pada 12 Juli 1947, Hatta meresmikan Kongres Koperasi Pertama di Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pandangan ekonominya ini sangat berpengaruh terhadap arah kebijakan ekonomi negara yang lebih berpihak kepada rakyat kecil.

 

Mundur dari Pemerintahan dan Kehidupan Pasca-Kemerdekaan

Hatta menjabat sebagai wakil presiden hingga tahun 1956. Namun, perbedaan pandangan politik antara Hatta dan Soekarno mengenai sistem pemerintahan membuatnya memilih untuk mundur dari jabatan wakil presiden. Hatta menilai bahwa demokrasi terpimpin yang diterapkan Soekarno bertentangan dengan prinsip demokrasi sejati. Ia ingin Indonesia tetap menganut demokrasi parlementer yang memberi kebebasan bagi rakyat.

 

Setelah mundur, Hatta tetap aktif dalam berbagai kegiatan intelektual dan menjadi penasehat di bidang ekonomi serta politik. Hatta dikenal sebagai sosok yang sederhana dan hidup dalam kesederhanaan, meskipun pernah menjabat sebagai wakil presiden. Ia menulis banyak buku dan artikel tentang ekonomi dan politik, yang hingga kini menjadi rujukan dalam studi tentang ekonomi kerakyatan.

 

Warisan dan Pengaruh

Mohammad Hatta meninggal pada 14 Maret 1980 di Jakarta. Namun, pemikirannya tentang ekonomi rakyat dan koperasi tetap hidup dalam sistem ekonomi Indonesia. Nama Mohammad Hatta diabadikan sebagai nama bandara internasional di Padang, Sumatra Barat, yang dikenal sebagai Bandara Internasional Minangkabau.

 

Pemikiran Hatta tentang koperasi dan ekonomi kerakyatan masih relevan hingga hari ini, khususnya bagi pembangunan ekonomi yang berkeadilan. Sebagai seorang proklamator dan negarawan, Hatta dihormati karena integritas dan pengabdiannya yang tulus pada bangsa Indonesia. Bung Hatta adalah tokoh yang patut diteladani dalam hal kesederhanaan, integritas, dan semangat juangnya untuk Indonesia yang merdeka dan adil bagi seluruh rakyat.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.