Fakta Tragedi Mei 1998 yang Mengukir Sejarah Kelam Indonesia
Tragedi pada Mei 1998 silam adalah sejarah Indonesia yang kelam, salah satunya aksi demonstrasi yang menimbulkan kerusuhan antar masyarakat dan aparat.
Peristiwa Mei 1998 atau peristiwa 98 ini adalah peristiwa yang membekas bagi bangsa Indonesia. Tidak hanya bentuk protes , penjarahan kericuhan terjadi saat itu.
Kericuhan Indonesia antar Indonesia terjadi saat peristiwa 98. Bagi kamu yang belum mengetahuinya, dilansir dari IDN Times berikut beberapa fakta yang mengukir sejarah kelam Indonesia dibalik peristiwa Mei 1998.
Baca juga: Kesenian Tradisional Badeng Garut: Media Dakwah Melalui Alat Musik
1. Ribuan Mahasiswa Melakukan Demo Soal Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok
Demo tersebut terjadi pada 12 Mei 1998. Saat itu, kenaikan harga sangat mencekik masyarakat kecil. Kenaikan ini terjadi karena krisis ekonomi di negara Asia yang berdampak pada Indonesia. Aksi diberbagai daerah terjadi, ada peristiwa yang menjadi puncak, dimana ribuan mahasiswa menggelar aksi yang didominasi oleh Universitas Trisakti turun pada tanggal 12 Mei 1998.
Aksi tersebut menjadi bentrokan yang luar biasa dengan para aparat karena ke chaos an yang terjadi. Adanya dugaan para aparat melakukan serangan tembakan peluru sampai merenggut empat nyawa mahasiswa.
Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan keempat mahasiswa tersebut sebagai pahlawan Reformasi menurut Keppres 057/PK/2005 tertanggal 15 Agustus 2005
2. Penembakan Empat Mahasiswa Trisaksi masih jadi Misteri
Kasus penembakan pada mahasiswa Trisaksi saat itu belum terungkap siapa pelaku dibaliknya. Namun, saat itu para aparat memiliki sanggahannya sendiri bahwa mereka tidak disenjatai senapan peluru apa pun. Hanya berupa tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, senapan, dan gas air mata.
Beberapa tahun kemudian, kasus tersebut terungkap dengan adanya enam oknum dibalik penembakan mahasiswa Trisaksi. Namun tidak terungkap siapa dan apa motif dibalik penembakan tersebut. Diduga mereka hanya dijatuhi tuduhan karena sengaja tidak menaati perintah atasan.
3. Picu Ketegangan pada Pelantikan Kembali Soeharto Sebagai Presiden RI
Pelantikan Soeharto kembali menjadi presiden RI ini memicu suasana panas pada mahasiswa dan seluruh aktivis di Indonesia. Seluruh aksi yang mahasiswa dan aktivis ini menuntut pemerintahan Soeharto.
Karena terjadinya kericuhan yang semakin tidak kondusif, akhirnya Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden RI secara tidak hormat pada 20 Mei 1998. Karena pada saat itu pemerintahan diatas Soeharto tidaklah Demoktratis.
4. Adanya Aksi Penganiayaan pada Etnis Tionghoa.
Selain adanya kejadian penembakan empat mahasiswa Trisaksi, pada 13 Mei 1998 luka ini juga dirasakan oleh kaum etnis Tionghoa pada Mei 1998. Kericuhan semakin menjadi jadi dengan aksi penjarahan penganiayaan pada masyarakat terhadap Tionghoa.
Toko toko dan usaha mereka habis dihancurkan bahkan sampai terbakar akibat kericuhan saat itu.Wanita diperkosa, dibiarkan begitu saja, sampai ribuan nyawa melayang. Keturunan Tionghoa ini jadi sasaran karena minoritas.
Baca juga: 29 Agustus Sejarah DPR RI Terbentuk, Apa Tugas dan Wewenang Sesungguhnya?
5. Menggelar Aksi Kamisan, tanda Sebagai Kekecewaan pada Pemerintah
Korban dari pelanggan HAM mencetuskan Aksi Kamisan pada 18 Januari 2007. Meraka adalah kejadian 98 mulai dari tewasnya mahasiswa Trisaksi, semanggi, dan kawasan lainnya. Kamisan ini dilakukan sebagai tanda bukti duka atas kepergian korban dan bentuk kekecewaan pada pemerintah Indonesia.
6. Hilangnya Sebagian Orang masih Jadi Misteri
Rilisnya film berjudul Istirahatlah Kata-kata mengundang pandangan positif masyarakat. Film ini mengisahkan aktivis sastrawan yang hilang saat tragedi 98, bernama Wiji Thukul. Ia ikut menyuarakan protes pada pemerintah di masa orde Baru. Hingga saat ini sosoknya dan beberapa aktivitas HAM lainnya belum diketahui kronologi kehilangannya.
0 Komentar
Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.