Beranda Harga Kedelai Terus Naik, Pelaku Usaha Tahu-Tempe di Garut Mengeluh

Harga Kedelai Terus Naik, Pelaku Usaha Tahu-Tempe di Garut Mengeluh

2 tahun yang lalu - waktu baca 2 menit

Tidak stabilnya harga kedelai membuat para pelaku usaha tahu dan tempe di Garut mengeluh, bahkan hingga melakukan aksi mogok produksi sejak tiga hari ke belakang.

Hal itu dibenarkan oleh salah satu Perajin Tempe asal Kecamatan Pangatikan, Garut, Robal Amin (25). Menurutnya, jika aksi mogok produksi ini karena bahan baku tempe yakni kedelai sedang tidak stabil.

"Ya kalau keinginan (dari aksi ini) sih pasti ada gitu, jadi dari bahan bakunya gitu sekarang yang nggak stabil gitu harganya, yang dulunya Rp9 ribu gitu kan sekarang kok jadi Rp14 ribu, Rp13 ribu gitu. Nah makanya dari semua perajin tempe itu menggelar aksi mogok produksi selama 3 hari," ujar Amin.

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Garut, Nia Gania Karyana, menuturkan, kelangkaan dan naiknya harga kedelai ini menjadi masalah nasional.

Ia menyebutkan ada 3 faktor kelangkaan dan mahalnya kedelai ini, pertama kelangkaan kapal kargo dari negara luar ke Indonesia, kemudian kelangkaan kontainer, dan juga adanya faktor geopolitis.

Permasalahan harga kedelai ini, papar dia, juga menjadi dilema tersendiri, karena jika kedelai impor itu mampu menjual ke Indonesia dengan harga Rp5 ribu, maka para petani kedelai lokal tidak akan mampu menjual dengan harga yang sama.

Nia Gania menambahkan, pihaknya berupaya menstabilkan harga salah satunya dengan menambah pasokan, dimana Pemerintah Kabupaten Garut melalui Disperindag telah melakukan koordinasi dengan bulog untuk operasi pasar bagi perajin tempe.

Sementara, berkaitan dengan kelangkaan tempe di pasaran, ia menilai jika masih ada pedagang-pedagang tempe yang berdagang, walaupun mengurangi dari sisi kuantitas produksinya.

Lebih lanjut, pihaknya sudah diinstruksikan oleh Bupati Garut, Rudy Gunawan, untuk tetap menjaga stabilitas harga dan juga menjaga dagar distribusi barang tetap ada. Selain itu perlu juga didorong agar kedelai lokal memiliki daya saing dan menguntungkan petani, terlebih Indonesia sudah hampir 12 tahun bergantung pada kedelai impor.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.