Mengenal Totopong: Blankonnya Urang Sunda, Hasil Kearifan Lokal pada Zaman Kerajaan

Mengenal Totopong: Blankonnya Urang Sunda, Hasil Kearifan Lokal pada Zaman Kerajaan

Jika masyarakat Jawa mengenal Blankon, maka di masyarakat Sunda ada istilah Totopong,  iket kepala tradisional yang terbuat dari kain dan dipakai dengan teknik tertentu.

Menurut sejarahnya, dahulu Totopong biasa dipakai bukan hanya oleh para petani dan masyarakat pada umumnnya, tetapi juga dipakai oleh pejabat-pejabat kerajaan sesuai fungsi atau jabatan mereka. 

Dahulu, kain ikat Sunda ini juga mencerminkan kelas sosial dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya, pria yang menggunakan totopong memiliki kedudukan tertentu yang berpengaruh bagi masyarakat sekitar.

Pada dasarnya, totopong merupakan kain batik bermotif Sunda berbentuk persegi dengan ukuran 50×50 cm. Kain ini kemudian diikatkan pada kepala dan dibentuk sesuai dengan variasi yang diinginkan.

Lipatan dan ikatan pada Totopong mempunya arti dan makna filosofi yang berkaitan erat dengan fungsi pekerjaan seseorang zaman dulu. Bentuknya yang beragam diciptakan sebagai simbol yang berkaitan dengan keagamaan, upacara adat, dan status sosial tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap mempunyai peranan dalam suatu kelembagaan. 

Pada masa perang kemerdekaan, Totopong juga sempat digunakan sebagai identitas para pejuang. Pada era itu pula, Totopong menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan. Totopong juga menjadi simbol pemersatu dan pengobar semangat orang Sunda kala itu.

Kini, seiring berkembangnya zaman, iket Sunda ini hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja. Di beberapa daerah, Totopong juga masih digunakan sebagai pelengkap pakaian wajib dalam ritual-ritual adat.

Data: Diambil dari berbagai sumber

Baca lainnya

0 Komentar :

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.