ADVERTISEMENT
Beranda Tak Selalu Negatif: Ini Manfaat Mengumpat dan Bersumpah Serapah bagi Kesehatan Mental dan Fisik

Tak Selalu Negatif: Ini Manfaat Mengumpat dan Bersumpah Serapah bagi Kesehatan Mental dan Fisik

2 hari yang lalu - waktu baca 3 menit
Tak Selalu Negatif: Ini Manfaat Mengumpat dan Bersumpah Serapah bagi Kesehatan Mental dan Fisik. (Source: Freepik/@shurkin_son)

Mengumpat dan bersumpah serapah, ternyata memiliki dampak positif dan mampu mempengaruhi kesehatan mental dan fisik bagi tubuh kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, mengumpat dan bersumpah serapah sering dianggap sebagai perilaku buruk yang menunjukkan kurangnya kendali diri. Hal ini biasanya akan warginet ungkapkan ketika sedang merasa stres atau bahkan ketika mengalami kejadian yang kurang mengenakkan, sehingga sangat spontan diucapkan.

Meskipun kerap dicap tidak sopan, ternyata perilaku ini memiliki sisi positif yang didukung oleh para ilmuan dan para peneliti.

Beberapa penelitian ilmiah menyebutkan, bahwa manfaat mengumpat tidak hanya berkaitan dengan pelampiasan emosional semata, tetapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental. 

Mengumpat juga bisa membantu mengurangi rasa sakit, meningkatkan toleransi tubuh terhadap stres, bahkan memperbaiki kemampuan seseorang dalam meregulasi emosi. Menariknya, manfaat ini sudah dikaji oleh sejumlah institusi kredibel, termasuk Keele University.

Baca Juga: Benarkah Workaholic Rentan Mengalami Gangguan Mental? Ini Penjelasannya

Mengumpat Mampu Mengurangi Rasa Sakit

Dalam  jurnal NeuroReport berdasarkan penelitian Dr. Richard Stephens dan tim dari Keele University pada tahun 2009, disebutkan bahwa mengumpat mampu meningkatkan ketenangan atas rasa sakit hingga lebih stabil. 

Ketika penelitian dilakukan, mereka diizinkan bersumpah serapah sembari tangan dimasukkan ke dalam air es, sehingga mampu menahan rasa sakit lebih lama dibandingkan mereka yang tidak mengumpat.

Hal ini diuraikan secara ilmiah, di mana mengumpat mampu memicu kinerja amigdala, area otak yang sangat penting dalam merespon perasaan dan emosional. Aktivasi ini memicu pelepasan adrenalin, yang bertindak sebagai analgesik alami, sehingga tubuh lebih tahan terhadap rasa sakit. Studi ini juga mencatat peningkatan toleransi rasa sakit hingga 33% pada partisipan yang mengumpat.

Baca Juga: Detoks Media Sosial Bisa Bikin Lebih Produktif? Ini Waktu Idealnya!

Regulasi Emosi Bisa Melalui Kata Kasar

Tak hanya fisik, manfaat bersumpah serapah juga berdampak pada kesehatan mental. Dalam penelitian lain yang dipublikasikan di European Journal of Social Psychology, para peneliti mengamati bahwa mengungkapkan kata kasar dapat membantu mengurangi perasaan tertekan dan sedih setelah seseorang mengalami perlakuan yang menyakitkan secara emosional.

Peneliti meminta partisipan menuliskan pengalaman pribadi yang membuat mereka merasa diabaikan. Setelah itu, sebagian dari mereka diminta mengucapkan kata kasar selama dua menit. Hasilnya? Mereka yang mengumpat menunjukkan tingkat kesedihan dan keterlukaan emosional yang lebih rendah dibanding kelompok yang tidak melakukannya.

Mengumpat sebagai Bentuk Luapan Emosional

Dalam ilmu psikologi, disebutkan bahwa mengumpat merupakan salah satu wujud katarsis, sebuah cara untuk melepaskan emosi yang terpendam. Ketika seseorang sedang marah, frustasi, atau stres, bersumpah serapah bisa menjadi mekanisme pelepasan tekanan psikologis. 

Dibandingkan dengan menahan atau memendam kemarahan, ekspresi ini justru lebih sehat selama tidak diarahkan secara agresif kepada orang lain.

Unggahan @kumparanwoman yang dilansir infogarut mengungkapkan hal ini juga. Mereka menekankan bahwa meskipun mengumpat bisa membantu melegakan emosi, penting untuk memperhatikan konteks dan situasi sosial. 

Warginet juga perlu memahami batas yang wajar ketika mengumpat atau bersumpah serapah itu. Jika diperlukan, jangan sampai diarahkan kepada orang, dan bila perlu, cukup diungkapkan di dalam hati saja.

Mengumpat dan bersumpah serapah, meskipun sering dianggap sebagai perilaku tidak pantas, ternyata memiliki sisi positif yang terbukti secara ilmiah. Dari mengurangi rasa sakit hingga membantu regulasi emosi, ekspresi verbal ini bisa menjadi alat kesehatan yang tidak disangka-sangka. Namun, tentu saja penggunaannya harus bijak dan kontekstual, agar tidak merusak relasi sosial atau melukai perasaan orang lain.

Rekomendasi

0 Komentar

Anda belum bisa berkomentar, Harap masuk terlebih dahulu.